Rabu, 15 Januari 2014

Asrul_laporan Protein

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA NUTRISI DASAR
“PROTEIN”


Disusun oleh:
Nama              : ASRUL
Nim                : 60700112042
Kelompok       : IV (Empat)
Jurusan           : ILMU PETERNAKAN
Asisten           : EKA JUNIARTI. A

LABORATORIUM PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2013



LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Lengkap Praktikum Biokimia Nutrisi Dasar, yang berjudul “Percobaan Protein” disusun oleh:
Nama              : Asrul
Nim                : 60700112042
Kelompok       : IV (Empat)
Jurusan           : Ilmu Peternakan
Telah diperiksa dengan teliti oleh asisten dan koordinator asisten maka dinyatakan diterima sebagai laporan lengkap.
                                                           Samata-Gowa,       Desember 2013
Koordinator Asisten                                                           Asisten


(     Nurwahidah. J     )                                             (   Eka Juniarti. A    )
NIM : 60700110025                                                NIM : 607001100                                                                                           

                                           Mengetahui
                        Tanggal Pengesahan :



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul yang sangat bervariasi, dari 5000 hingga lebih dari satu juta. Disamping berat molekul yang berbeda-beda, protein mempunyai sifat yang berbeda-beda pula. Ada protein yang mudah larut dalam air, tetapi ada juga yang tidak larut dalam air. Rambut dan kuku adalah suatu jenis protein yan tidak larut dalam air dan tidak mudah bereaksi, sedangkan protein yang dalam bagian putih telur mudah larut dalam air dan mudah bereaksi (Anna P, 1994).
Protein memegang peranan penting atau komponen utama sel hewan atau manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Dalam kehidupan kita, protein memegang peranan yang penting pula. Suatu protein  berfungsi sebagai biokatalis, pengganti sel-sel yang rusak atau tua, sebagai zat pembangun dan lain-lain (Robert K, 2003).
Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan ataupun tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan biasa disebut dengan protein hewani sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Beberapa makanan yang berfungsi sebagai sumber protein adalah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, kedelai, gandum, jagung,  buah-buahan, dan lain-lain. Salah satu sumber protein yang di akan diuji dalam laboratorium adalah albumin atau putih telur. Telur merupakan bahan makanan yang umum dikonsumsi oleh masyarakat yang memiliki kadar protein yang cukup tinggi. Selain itu putih telur memiliki fungsi yang cukup penting diketahui oleh masyarakat yaitu sebagai antidotum atau penawar racun apabila orang keracunan logam berat (Anonim, 2013).
B.       Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum yang dilaksanakan adalah sebagai berikut
1.    Membuktikan adanya melekul-melekul peptida dari protein.
2.    Membuktikan adanya asam amino bebas dalam protein.
3.    Membuktikan adanya asam amino yang mengandung fenol yaitu terosi atau derivatnya.
4.    Membuktikan adanya asam amino triosin, triptofan dan fenilalanin yang terdapat dalam protein.
5.    Mengetahui larutan garam alkali dan garam divalent konsentrasi tinggi terhadap sifat kelarutan protein.
6.    Mengetahui pengaruh logam berat dan asam organic terhadap sifat kelarutan protein.


7.     
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Protein berasal dari bahasa Yunani protos, yang berarti “yang paling utama”. Protein merupakan senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung komposisi rata-rata unsur kimia yaitu karbon 50%, hidrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 26%, dan kadang kala sulfur 0-3% serta fosfor 0-3%. Protein merupakan komponen utama sel hewan dan manusia. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator. Disamping itu hemoglobin dalam butir-butir darah atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh, adalah salah satu jenis protein. Terdapat ikatan kimia lain dalam protein yaitu ikatan hidrogen, ikatan hidrofob, ikatan ion/ikatan elektrostatik, dan ikatan Van Der Waals. Protein dapat tidak stabil terhadap beberapa faktor yaitu pH, radiasi, suhu, medium pelarut organik, dan detergen (Anonim, 2013).
Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul yang sangat bervariasi, dari 5000 hingga lebih dari satu juta. Disamping berat molekul yang berbeda-beda, protein mempunyai sifat yang berbeda-beda pula. Ada protein yang mudah larut dalam air, tetapi ada juga yang tidak larut dalam air. Rambut dan kuku adalah suatu jenis protein yan tidak larut dalam air dan tidak mudah bereaksi, sedangkan protein yang dalam bagian putih telur mudah larut dalam air dan mudah bereaksi (Anna P, 1994).
Meskipun tidak ada sistem klasifikasi yang biasa diterima secara universal, protein dapat diklasifikasikan berdasarkan kelarutan, bentuk, fungsi biologi serta struktur tiga dimensinya. Setelah system dengan pemakaian terbatas pada ilmu biokimia klinik membedakan “albumin”, “globulin”, “histon”, dan lain-lain. Berdasarkan kelarutannya dalam larutan garam akueso. Protein dapat pula diklasiikasikan berdasarkan bentuk keseluruhannya. Jadi, protein globular (missal, banyak enzim) mempunyai rantai polipeptida yang berpilin serta terlipat secara padat rasionya tidak lebih dari 3-4. Protein pibrosa memiliki rasio aksial lebih besar dari 10 (Robert K, 2003).
Menurut Jan Koolman-Klaus (2001), Fungsi dari protein dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berikut ini, yaitu:
1. Membentuk dan empertahankan struktur.
Protein struktur bertanggung jawab terhadap stabilitas mekanik dari organ dan jaringan.
2. Transport
Protein transport yang terkenal adalah hemoglobin dari eritrosit yang sangat diperlukan untuk mengangkut oksigen dan karbondioksida antara paru-paru dan jaringan. Di dalam plasma darah juga ditemukan sejumlah protein dengan fungsi transport. Albumin serum mengangkut asam lemak bebas dan bilirubin. Kanal ion dan protein membrane integral lainnya mengatur transport dari ion-ion dan metabolit melalui membran biologik.
3. Perlindungan dan pertahanan.
Sistem imun melindungi organisme dari penyebab penyakit dan substansi yang asing bagi tubuh. Contohnya ialah imunoglobulin G sebagai komponen yang penting.
4. Pengendali dan pengatur.
Pada rantai sinyal biokimiawi protein-protein bekerja sebagai pembawa sinyal maupun sebagai reseptor hormon. Sebagi contoh adalah kompleks antara hormon insulin dan reseptor insulin. Protein yang berikatan dengan DNA mempunyai peranan yang menentukan pada regulasi metabolisme zat-zat antara diferensiasi suatu jaringan dan organ.
5. Katalisator.
Enzim merupakan kelompok yang sangat besar dengan protein yang beribu-ribu. Enzim yan kecil mempunyai berat molekul sekitar 10-15 kDa, yang sedang sekitar 100 kDa, dan yang terdiri dari 12 subunit mencapai ukuran lebih dari 500 kDa.
6. Pergerakan.
Aktin dan myosin bersama-sama bertanggung jawab pada kontraksi otot dan peristiwa gerak lainnya.
7. Penyimpanan.
Pada benih-benih tumbuh-tumbuhan dijumpai protein cadangan khusus yang juga penting untuk kebutuhan makanan manusia.

Sangat luar biasa pula bahwa semua protein di dalam semua makhluk, tanpa memandang fungsi dan aktivitas biologinya, dibangun oleh susunan dasar yang sama, yaitu 20 asam amino baku, yang molekulnya sendiri tidak mempunyai aktivitas biologi. Lalu apakah yang memberikan aktifitas enzimnya, protein lain aktivitas hormon, dan lain lagi aktivitas antibody? Bagaimana kimiawi protein-protein ini berbeda? Secara cukup sederhana, protein berbeda satu sama lain karena masing-masing mempunyai deret unit asam amino sendiri-sendiri. Asam amino merupakan abjad struktur protein, karena molekul-molekul ini dapat disusun dalam jumlah deret yang hamper tidak terbatas, untuk membuat berbagai porotein dalam jumlah yang hamper tidak terbatas pula (Albert L, 1982).
Berdasarkan fungsinya, protein dapat digolongkan dalam bentuk enzim (ribonuklease, tripsin), protein transport (hemoglobin, albumin serum, mioglobin, lipoprotein), protein nutrient dan penyimpanan (gliadin = gandum, ovalbumin = telur, kasein = susu, feritin), protein kontraktil (aktin, myosin, tubulin, dynein), protein structural (keratin, fibroin, kolagen, elastin, proteoglikan), protein pelindung (antibody, fibrinogen, trombin, toksin botuluni, toksin difteri, bias ular, risin), protein pengatur (insulin, hormone tumbuh, kortikotropin, repressor). Atas dasar kelarutannya dalam zat pelarut tertentu, protein dibagi : albumin, globulin, dan glutelin. Protein dapat juga dikelompokkan berdasarkan atas jenis utama konformasinya. Berdasarkan penggolongan ini terdapat 2 kelas utama protein, yaitu protein fibrosa (serat) dan protein globular. Protein serat mempunyai konformasi yang terikat saling secara lateral oleh beberapa jenis ikatan. Protein konformasi ini  sering dimanfaatkan sebagai elemen struktural jaringan  karena mempunyai sifat fisik yang kuat dan tidak larut dalam air. Contoh protein serat adalah kolagen, alfa-keratin, dan sutera. Protein globular merupakan protein biologis aktif yang umum dalam sistem kehidupan. Protein ini berbentuk bulat, kompak dan larut dalam air. Protein globular biasanya memiliki struktur tersier dan kuartener, contohnya enzim dan antibody ( Abdul H, 2001).
Menurut Panjita, H (2006), Dilihat dari aspek kepentingannya di dalam tubuh, asam amino alfa diklasifikasikan ke dalam:  
1. Asam amino alfa essensial, yaitu asam amino alfa yang sangat diperlukan keberadaanya dalam tubuh tetapi tubuh tidak dapat memsintesis asam amino alfa tersebut.
2. Asam amino alfa semi-essensial, yaitu asam amino alfa walau disentesis dalam tubuh namun jumlahnya tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh terhadap asam amino alfa tersebut.
3. Asam amino alfa yang non-essensial, yaitu asam amino alfa yang diperlukan oleh tubuh serta disentesis dalam tubuh dalam jumlah yang cukup memenuhi kebutuhan tubuh terhadap asam amino alfa tersebut.
Protein merupakan polimer dari sekitar 21 asam amino yang berlainan disambungkan dengan ikatan peptida. Karena keragaman rantai samping yang terbentuk jika asam-asam amino tersebut disambung-sambungkan, protein yang berbeda dapat mempunyai sifat kimia dan struktur sekunder dan tersier yang berbeda pula. Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai pambakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak maupun karbohidrat. Protein merupakan kumpulan dari beberapa asam amino atau lebih yang dihubungkan dengan suatu ikatan yaitu ikatan peptida. Sifat-sifat asam amino adalah : tak berwarna, larut dalam air, tak larut dalam alkohol atau ether, dapat membentuk garam kompleks dengan logam berat (misalnya asam amino dengan Cu2+ yang membentuk senyawa kompleks berwarna biru tua) (Anonim, 2013).
Pengadaan dan penyediaan asam amino menjadi sangat penting oleh karena senyawa tersebut dipergunakan sebagai satuan penyusun protein. Kemampuan jasad hidup untuk membentuk asam amino tidak sama. Misalnya tanaman tingkat tinggi mampu membentuk asam amino yang diperlukan bagi penyusun protein tubuhnya. Sebaliknya hewan tingkat tinggi kemampuannya terbatas. Golongan jasad hidup ini tidak dapat mensintesa asam amino essensial. Asam amino tersebut harus disediakan dari luar (Soeharsono M, 2000).
Dari struktur umumnya, asam amino mempunyai dua gugus pada tiap molekulnya, yaitu gugus amino dan gugus karboksil, yang digambarkan sebagai struktur ion dipolar. Gugus amino dan gugus karboksil pada asam amino menunjukkan sifat-sifat spesifiknya. Karena asam amino mengandung kedua gugus tersebut, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang yang mencirikan gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalah reaksi asetilasi dan esterifikasi. Asam amino juga bersifat amfoter, yaitu dapat bersifat sebagai asam dan memberikan proton kepada basa kuat, atau dapat bersifat sebagai basa dan menerima proton dari basa kuat (Anonim, 2013).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.      Waktu Dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
Hari/ Tanggal           : Senin, 02 Desember 2013
Pukul                        : 08.00 – 10.00 WITA
Tempa               : Laboratorium Peternakan Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

B.       Alat Dan Bahan
1.    Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah bunsen 1 buah, gegep 1 buah, korek api, pipet skala 4 buah, rak tabung 1 buah, dan tabung reaksi 12 buah.
2.    Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah alkohol 96%, aquades, larutan AgNO3, larutan CuSO4 0,5%, larutan HNO3 pekat, larutan Ninhidrine, larutan protein (telur ayam ras, ayam kampung, itik), NaOH 10%, NaOH 40%, reagens Millon, reagent Robert dan pb-asetat.

C.      Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dapat dilaksanakan adalah
1.    Reaksi Biurey
a.    Menyediakan 3 buah tabung reaksi
b.    Memasukkan larutan protein (telur ayam ras, telur ayam kampung, telur itik) sebanyak 5 mL ke dalam tabung reaksi, lalu menambahkan NaOH 10% dalam volume yang sama dan mencampurnya
c.    Meneteskan perlahan-lahan CuSO4 0,5% hingga timbul warna tertentu
d.   Mengamati perubahan warna yang terjadi
2.    Reaksi Ninhidrine
a.    Menyiapkan 3 buah tabung reaksi
b.    Memasukkan 3 mL larutan protein (telur ayam ras, telur ayam kampung, telur itik) ke dalam tabung reaksi tersebut
c.    Menambahkan 5 tetes larutan Ninhidrine 0,1%
d.   Memanaskan larutan tersebut hingga mendidih selama 2 menit, kemudian didinginkan kembali
e.    Mengamati perubahan yang terjadi
3.    Percobaan Millon
a.    Menyiapkan 3 buah tabung reaksi
b.    Memasukkan 2 mL larutan protein (telur ayam ras, telur ayam kampung, telur itik) ke dalam tabung reaksi tersebut
c.    Menambahkan 2-3 tetes reagens Millon pada masing-masing tabung reaksi
d.   Mengamati perubahan warna atau endapan yang terjadi
4.    Reaksi Xanthoprotein
a.    Menyiapkan 3 buah tabung reaksi
b.    Memasukkan 2 mL larutan protein (telur ayam ras, telur ayam kampung, telur itik) ke dalam tabung reaksi tersebut
c.    Menambahkan 1 mL HNO3 pekat, lalu memanaskan
d.   Memperhatikan warna yang timbul
e.    Meneteskan NaOH 40% ke dalam larutan tersebut setelah didinginkan
f.     Memperhatikan perubahan warna yang timbul
5.    Presipitasi Protein
1.    Dengan Alkohol
a.    Memipet putih telur (telur ayam ras, telur ayam kampung, telur itik)  yang diencerkan 3 kali sebanyak 1 mL, kemudian memasukkan ke dalam tabung reaksi
b.    Menambahkan alkohol 96% tetes demi tetes pada setiap larutan tadi hingga membentuk koagulan
c.    Menambahkan segera aquades ke dalam tabung reaksi tadi sampai separuhnya
d.   Mengocok kuat-kuat sampai koagulan larut kembali
e.    Mengulangi percobaan a-b, kemudian mendiamkan tabung itu selama 1 jam
f.     Menambahkan aquades sampai setengahnya dan kocok kuat-kuat
g.    Mengamati perubahan yang terjadi

6.    Dengan Asam dan Alkali Kuat
a.    Percobaan dengan Cincin dari Heller
1)   Memasukkan 2 mL HNO3 pekat secara perlahan-lahan ke dalam tabung reaksi yang terisi larutan protein yang tersedia.
2)    mengamati perubahan yang terjadi.
b.    Reaksi dengan NaOH 40%
1)   Memasukkan 2 mL NaOH pekat secara perlahan-lahan ke dalam tabung reaksi yang terisi larutan protein yang tersedia.
2)    mengamati perubahan yang terjadi.
7.    Dengan logam-logam berat
a.    Reaksi dengan HgCl2 5%
a)    Menyediakan tabung reaksi
b)   mengisi dengan larutan protein yang tersedia (telur ayam ras, telur ayam kampung, telur itik) sebanyak 2 mL ke dalam tiap tabung
c)    memberikan 5 tetes larutan HgCl2 5%, ke dalam masing-masing tabung reaksi.
d)   mengamati perubahan yang terjadi.
b.    Reaksi dengan AgNO3 2%
a)    Menyediakan tabung reaksi
b)   mengisi dengan larutan protein yang tersedia (telur ayam ras, telur ayam kampung, telur itik) sebanyak 2 mL ke dalam tiap tabung
c)    memberikan 5 tetes larutan AgNO3 2% ke dalam masing-masing tabung reaksi.
d)   mengamati perubahan yang terjadi.
c.    Reaksi dengan Pb-asetat
a)    Menyediakan tabung reaksi
b)   mengisi dengan larutan protein yang tersedia (telur ayam ras, telur ayam kampung, telur itik) sebanyak 2 mL ke dalam tiap tabung
c)    memberikan 5 tetes larutan Pb-asetat 2% ke dalam masing-masing tabung reaksi.
d)   mengamati perubahan yang terjadi.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang didapat dari praktikum ini adalah
No
Hasil pengamatan
Keterangan
1.
































2.
Reaksi Biurey
a.    Sebelum
 






       1               2               3

b.    Setelah pencampuran NaOH dan CuSO4







        1              2               3











Reaksi Ninhidrine
a.    Sebelum pencampuran





                        
                         

  1              2               3


b.     Setelah pencampuran Ninhidrine dan di panaskan






  1              2               3


a.    Sebelum
Ø T1 (Telur ayam ras) = kuning
Ø T2 (Telur ayam kampung) = kuning
Ø T3 (Telur itik) = putih bening

b.    Setelah pencampuran
Ø T1 (Telur ayam ras) = permukaan berwarna ungu dan bagian dasar berwarna bening.
Ø T2 (Telur ayam kampung) = permukaan berwarna ungu dan bagian dasae berwarna kuning keemasan.
Ø T3 (Telur itik) = Bagian permukaan berwarna ungu dan berbuih, dan bagian dasar berwarna kuning cerah.



a.    Sebelum pencampuran
Ø T1 (Telur ayam ras) = kuning
Ø T2 (Telur ayam kampung) = kuning
Ø T3 (Telur itik) = putih bening



b.     Setelah  pencampuran
Ø T1 (Telur ayam ras) = ping, dan koagulan putih kental
Ø T2 (Telur ayam kampung) = ping, dan koaguln putih kental
Ø T3 (Telur itik) = ping, dan koagulan putih kental

3.









4.















5.
.











6.















7.

















Percobaan Millon
a.    Sebelum pencampuran


          1            2              3


b.    Setelah dicampur reagens Millon




    1              2             3


Reaksi Xanthoprotein
a.     Sebelum pencampuran


       1              2             3



b.     Setelah dicampur HNO3




        1             2              3




c.    Setelah dipanaskan



   
  
          1             2            3 




Presipitasi Protein
 Sebelum pencampuran
 

    



  1             2                 3



Dengan Alkohol
Setelah dicampur alkohol
 




           1            2              3
Dengan asam alkali kuat
a.    Percobaan Cincin dari Heller
·      Setelah dicampur HNO3 pekat
 




1                   2              3

b.    Reaksi robert
·      Setelah dicampur dengan HNO3
 



              1            2              3
c.    Reaksi NaOH 40%
Setelah pencampuran
 




          1            2             3
Reaksi dengan Logam Berat
·      Setelah dicampur dengan HgCl2
 



           1            2              3


·      Setelah dicampur dengan AgNO3
 




            1            2              3

·      Setelah dicampur dengan Pb-asetat
 




          1            2              3

a.     Sebelum pencampuran
Ø T1 (Telur ayam ras) = kuning T2 (Telur ayam kampung) = kuning
Ø T3 (Telur itik) = putih bening


b.     Setelah pencampuran
Ø T1 (Telur ayam ras) = terdapat gumpalan warna putih
Ø T2 (Telur ayam kampung) = terdapat gumpalan warna putih
Ø T3 (Telur itik) = terdapat gumpalan warna putih




a.    Sebelum pencampuran
Ø T1 (Telur ayam ras) = kuning
Ø T2 (Telur ayam kampung) = kuning
Ø T3 (Telur itik) = putih bening





b.     Setelah dicampur HNO3
Ø T1 (Telur ayam ras) = terdapat warna kuning dan putih koagulan
Ø T2 (Telur ayam kampung) = terdapat warna kuning dan putih koagulan
Ø T3 (Telur itik) = terdapat gumpalan warna putih koagulan dan kuning bintik-bintik
c.    Setelah dipanaskan
Ø T1 (Telur ayam ras) = warna orange dan koagulan berwarna kuning cerah
Ø T2 (Telur ayam kampung) = warna kuning dan koagulan
Ø T3 (Telur itik) = warna orange dan koagulan ke atas

Sebelum pencampuran
Ø T1 (Telur ayam ras) = kuning
Ø T2 (Telur ayam kampung) = kuning
Ø T3 (Telur itik) = putih bening






Setelah dicampur alkohol
Ø T1 (Telur ayam ras) = warna bening berbintik-bintik
Ø T2 (Telur ayam kampung) = warna bening berbintik-bintik
Ø T3 (Telur itik) = warna bening berbintik-bintik



 Setelah dicampur dengan NaOH
Ø T1 (Telur ayam ras) = warna putih kekuningan dan terdapat koagulasi di tengahnya
Ø T2 (Telur ayam kampung) = warna putih kekuningan dan terdapat koagulasi di tengahnya
Ø T3 (Telur itik) = warna putih kekuningan dan terdapat koagulasi di tengahnya


Setelah dicampurkan
1.      T1 (ayam ras)= kuning cerah dan koagulan di atas
2.      T2 (ayam kampung)= kunong cerah dan koagulan di atas
3.      T3 (itik)= kuning cerah dan koagulan di atas








Pada semua atau masing-masing larutan terlihat koagulan terdapat buih dan berwarna bening.





Setelah dicampur dengan HgCl2
Ø T1 (Telur ayam ras) =
kuning, terdapat koagulan putih
Ø T2 (Telur ayam kampung) = kuning, terdapat koagulan putih
Ø T3 (Telur itik) = putih, terdapat gumpalan putih.


Setelah dicampur AgNO3
Ø T1 (Telur ayam ras) = warna kuning keruh, terdapat koagulan putih
Ø T2 (Telur ayam kampung) = warna kuning keruh, terdapat koagulan putih
Ø T3 (Telur itik) = warna putih, terdapat koagulan putih

Setelah dicampur dengan Pb-asetat
Ø T1 (Telur ayam ras) = warna kuning, koagulan beserta gelembung
Ø T2 (Telur ayam kampung) = warna kuning, koagulan beserta gelembung
Ø T3 (Telur itik) = warna putih, terdapat koagulan serta gelembung.

Sumber: Laboratorium Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar.




















B.       Pembahasan
Adapun pembahasan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.    Reaksi Biurey
Biurey adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua mulekul urea. Ion Cu2+ dari preaksi Biurey dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatn peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. Reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida (Albert L, 1982)
Pada percobaan yang dilakukan, larutan protein yang akan diuji dibuat alkalis dengan menggunakan NaOH menghasilkan warna bening kental. Kemudian ditambahkan dengan larutan CuSO4 encer, maka menghasilkan warna keunguan. Hal tersebut menyatakan bahwa larutan protein yang diuji  memiliki ikatan peptida atau molekul-molekul peptida dari protein yang ditunjukkan dengan adanya cincin ungu.
2.    Reaksi Ninhidrine
Asam amino bebas adalah asam amino dimana gugus aminonya tidak terikat. Pada praktikum diatas, albumin membentuk warna ungu karena dapat bereaksi dengan Ninhidrin. Hal ini menandakan zat uji tersebut mempunyai gugus asam amino bebas. Semua asam amino, atau peptida yang mengandung asam-α amino bebas akan bereaksi dengan Ninhidrin membentuk senyawa kompleks berwarna biru-ungu (Albert L, 1982).
Semakin banyak Ninhidrin pada zat uji yang dapat bereaksi, semakin pekat warnanya (warna ungu) dan menandakan banyak mengandung peptida serta semakin sedikit Ninhidrin pada zat uji yang bereaksi, maka warnanya semakin mendekati merah muda dan menandakan bahwa zat tersebut sedikit mengandung peptida.
3.    Percobaan Millon
Reaksi uji Millon untuk tirosin. Reagen Millon adalah larutan asam nitrat yang mangandung raksa (I) nitrat dan raksa (II) nitrat. Bila reagen Millon dicampurkan dengan larutan yang mengandung protein akan terbentuk endapan putih yang akan berubah merah bila dipanaskan. Prinsip dari uji Millon adalah pembentukan garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi. Tirosin merupakan asam amino yang mempunyai molekul fenol pada gugus R-nya, yang akan membentuk garam merkuri dengan pereaksi Millon (Albert L, 1982).
Pada percobaan, sebelum penambahan larutan reagen Millon, tidak terdapat endapan dan tidak terjadi perubahan warna. Setelah penambahan warna larutan menjadi putih keruh dan ada gumpalan berwarna kuning putih. Fenol dalam hal ini digunakan sebagai bahan percobaan karena tirosin memiliki molekul fenol pada gugus R-nya. Uji terhadap fenol negatif, walaupun secara teori tidak. Alasan yang mungkin untuk hal ini adalah kesalahan praktikan dalam bekerja.


4.    Reaksi Xanthoprotein
Xanthoprotein bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aromatik asam amino yang memiliki gugus aromatik (benzene) berupa asam amino tirosin, triptofan dan fenilalanin yang ditunjukkan dengan adanya warna kuning. Pada uji ini terbentuk warna kuning yang merupakan indikator adanya asam amino-asam amino tersebut. (Albert L, 1982)
Pada hasil percobaan, tabung yang ditambah dengan HNO3, warna larutan menjadi berwarna kuning, dan setelah dipanaskan warnanya putih dan kuning. Setelah didinginkan, larutan protein tersebut ditetesi lagi dengan NaOH dan menghasilkan warna kuning serta terdapat gumpalan (koagulan). Pada praktikum di atas, hasil positif pada zat uji albumin mengindikasikan terdapat inti benzena, yaitu dengan indikasi terbentuknya lapisan berwarna kuning.
2.    Presipitasi Protein
Presipitasi protein adalah pengendapan yang terjadi karena penggumpalan yang parsial. Presipitasi protein disebabkan oleh berkurangnya kelarutan suatu protein (perubahan fisik) yang terjadi karena perubahan kimia. Seperti halnya denaturasi protein, presipitasi protein juga disebabkan oleh faktor kimia dan fisika. Semua faktor yang dapat menimbulkan denaturasi protein, juga dapat menyebabkan perubahan kelarutan protein.


Presipitasi terjadi akibat terganggunya kestabilan koloid protein yang disebabkan oleh menurunnya muatan elektrostatik protein sehingga gaya gravitasi akan lebih dominan dibandingkan gaya tolak-menolak molekul. Protein akan mengalami presipitasi bila bereaksi dengan ion logam (Albert L, 1982).
a.    Presipitasi dengan Alkohol
Pada hasil percobaan, masing-masing larutan protein yang diamati sebelum pencampuran alkohol berwarna bening dan setelah dicampur dengan alkohol, warna dari larutan tersebut tetap bening tetapi terdapat endapan/gumpalan (berbintik-bintik).
b.    Dengan Asam dan Alkali Kuat
Pada percobaan cincin dari Heller, larutan protein (telur ayam ras, kampung dan itik) sebelum pencampuran masing-masing berwarna kuning emas dan berbusa, kuning putih dan berbusa serta bening dan berbusa. Setelah dicampur dengan reagens HNO3 pekat, maka masing-masing larutan protein tersebut berubah menjadi warna kuning serta terdapat endapan/koagulan.
Pada percobaan dengan NaOH, larutan protein (telur ayam ras, kampung dan itik) sebelum pencampuran masing-masing berwarna kuning emas dan berbusa, kuning putih dan berbusa serta bening dan berbusa. Setelah dicampur dengan reagens NaOH, masing-masing larutan berwarna putih kekuningan dan terdapat jel di tengahnya.
Pada percobaan dengan logam-logam berat, larutan protein (telur ayam ras, kampung dan itik) sebelum pencampuran masing-masing berwarna kuning emas dan berbusa, kuning putih dan berbusa serta bening dan berbusa. Setelah pencampuran dengan HgCl2 berwarna abu-abu dan terdapat gumpalan putih, pencampuran dengan AgNO3 berwarna kuning keruh dan terdapat gumpalan putih, serta pencampuran dengan Pb-asetat menghasilkan warna krem dan terdapat gumpalan putih.



BAB V
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil praktikum ini adalah seabagai berikut :
1.    Pada percobaan Biurey, larutan yang diuji menghasilkan warna keunguan. Hal tersebut menyatakan bahwa larutan protein yang diuji  memiliki ikatan peptida atau molekul-molekul peptida dari protein yang ditunjukkan dengan adanya cincin ungu.
2.    Pada percobaan Ninhidrine, albumin membentuk warna ungu karena dapat bereaksi dengan Ninhidrin. Hal ini menandakan zat uji tersebut mempunyai gugus asam amino bebas. Semua asam amino, atau peptida yang mengandung asam-α amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa kompleks berwarna biru-ungu.
3.    Pada percobaan Millon, Setelah penambahan reagens warna larutan menjadi putih keruh dan ada gumpalan berwarna kuning putih. Hal tersebut menunjukkan adanya gugus tirosin.
4.    Pada percobaan Xanthoprotein, hasil positif pada zat uji albumin mengindikasikan terdapat inti benzena (tirosin, triptofan dan fenilalanin), yaitu dengan indikasi terbentuknya lapisan berwarna kuning.
5.    Pada percobaan presipitasi protein, dilakukan uji dengan alkohol, cincin dari Heller, reaksi NaOH dan reaksi dengan logam-logam berat (HgCl2, AgNO3, Pb-asetat). Hasil menunjukkan bahwa semua larutan protein yang diuji terjadi presipitasi yang ditandai dengan terbentuknya endapan atau gumpalan (koagulan).
B.       Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan pada praktikum ini adalah untuk praktikum yang dilakukan seharusnya menggunakan semua pengujian supaya semua praktikum juga dapat mengetahui semua pengujian yang dilakukan dan juga menggunakan bahan yang telah tersediah.




DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Penuntun Praktikum Biokimia, Universitas Muslim Indonesia Makassar. Dikses pada tanggal 02 Desember 2013.
_______. 2013. Biokimia Uji Reaksi Protein   Muslimah of Queen.htm. diakses pada tanggal 02 Desember 2013.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI.
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI.
Hamid, Abdul. 2001. Biokimia Metabolisme Biomolekul. Penerbit Alfabeta : Jakarta.
Hardjasasmita, Pantjita. 2006. Ikhtisar Biokimia Dasar. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
Koolman Jan dan Klaus. 2001. Atlas Berwarna dan Teks Biokimia. Penerbit EGC: Jakarta.
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I, Penerbit Erlangga : Jakarta.
Martoharsono, Soeharsono. 2000. Biokimia Jilid II. Penerbit Gadjah Mada University Press : Jakarta.
Muray, Robert K, dkk. 2003. Biokimia Harper Edisi 2. Penerbit EGC: Jakarta.
Poedjadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia Press : Jakarta.



1 komentar: