Rabu, 15 Januari 2014

Asrul_laporan enzim dan susu

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA NUTRISI DASAR
“ENZIM DAN SUSU”


Disusun oleh:
Nama       : ASRUL
Nim         : 60700112042
Kelompok: IV (Empat)
Jurusan    : ILMU PETERNAKAN
Asisten    : Nurwahidah. J

LABORATORIUM PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2013



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik. Molekul awal yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain yang disebut produk. Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung pada suatu kondisi/zat, yang disebut promoter. Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai promoter. Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk menghasilkan senyawa intermediat melalui suatu reaksi kimia organik yang membutuhkan energi aktivasi lebih rendah, sehingga percepatan reaksi kimia terjadi karena reaksi kimia dengan energi aktivasi lebih tinggi membutuhkan waktu lebih lama (Mustahib, 2011).
Susu adalah cairan bergizi berwarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar susu mamalia dan manusia. Susu adalah sumber gizi utama bagi bayi sebelum mereka dapat mencerna makanan padat. Susu binatang (biasanya sapi) juga diolah menjadi berbagai produk seperti mentega, yogurt, es krim, keju, susu kental manis, susu bubuk dan lain-lainnya untuk konsumsi manusia (Anonim, 2013).
Dalam mengkatalis suatu reaksi enzim bersifat sangat spesifik, sehingga meskipun jumlah enzim ribuan di dalam sel-sel dan substratnya pun sangat banyak, tidak akan terjadi kekeliruan. Apoenzim merupakan bagian enzim yang merupakan protein, mempunyai struktur tiga dimensi. Bagian yang bukan protein disebut koenzim. Kompleks apoenzim dengan koenzim disebut haloenzi. Struktur tiga dimensi pada enzim tersebut sangat penting untuk aktivitas katalis oleh karena itu perubahan konformasi yang sedikit saja pada struktur enzim akan mempengaruhi aktivitasnya untuk mengetahui lebih lanjut tentang enzim, sifat warna dan reaksi-reaksinya (Mustahib, 2011).
Berdasarkan penjelasan di atas maka dilakukan praktikum untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kegiatan enzim, membuktikan bahwa derajat keasaman (pH) mempengaruhi aktivitas enzim, membuktikan adanya enzim schardinger dalam susu dan untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap aktivitas enzim.
B.       Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.         Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kegiatan enzim.
2.         Membuktikan bahwa derajat keasaman (pH) mempengaruhi aktivitas enzim.
3.         Membuktikan adanya enzim schardinger dalam susu.
4.         Untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap aktivitas enzim.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Enzim adalah suatu senyawa organik, tergolong protein berfungsi sebagai katalisator. Reaksi-reaksi seperti hidrolisa berlangsung sangat cepat di dalam sel-sel hidup pada pH yang kira-kira netral dan pada suhu tubuh. Ini dapat terjadi karena adanya enzim. Enzim disintesa di dalam enzim, tetapi setelah diekstraksi di luar sel masih mempunyai aktifitas. Dalam reaksi enzim kembali mengalami perubahan fisik namun pada akhirnya reaksi akan kembali seperti semula (Tim Dosen, 2013).
Menurut Tim Dosen (2013), yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi enzim adalah sebagai berikut:
1.        Perubahan suhu dan pH
2.        Konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat
3.        Pengaruh aktivator, inhibitor, koenzim dan konsentrasi elektrolit
4.        Hasil reaksi enzim
Susu diekskresi oleh kelenjar mammae, susu sebagian besar terdiri dari air (87%), sisanya merupakan zat padat yang terdiri dari protein, lipid, karbohidrat, vitamin, enzim, asam-asam organik dan sejumlah garam-garam organik. Susunan susu selalu tidak tetap, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti umur, diet lama, masa laktasi, waktu sekresi, suhu, keadaan fisik, mental dan sebagainya. Susu biasanya berwarna putih kekuningan, cair dan asam (pH 6,6 - 6,9) dengan pemanasan koagulan negatif (Tim Dosen, 2013).
Susu dipandang dari segi gizinya merupakan bahan makanan yang hampir sempurna dan merupakan bahan makanan alamiah bagi anak yang baru lahir. Susu didefinisikan sebagai sekresi kelenjar ambing hewan yang sedang laktasi. Hewan penghasil susu komersial diantaranya sapi, kambing, domba dan kerbau. Sapi adalah penghasil susu yang efisien karena sapi menghasilkan produksi susu yang tinggi. Komposisi susu adalah lemak 3,9%, protein 3,4%, laktosa 4,8%, abu 0,72% dan air 87,1%. Komponen lain yang juga terdapat di dalam susu adalah sitrat, enzim-enzim, fosfolipid, vitamin A, vitamin B dan vitamin C (Zuhra, 2010).
 Enzim terdapat secara alami pada semua organisme hidup dan berperan sebagai katalisator dalam reaksi kimia.  Istilah enzim mulai diperkenalkan pertama kali tahun 1878 oleh Kuhne yang mengisolasi senyawa enzim dari ragi sedangkan konsep kerja enzim dikembangkan oleh Emil Fischer di tahun 1894 yang mempopulerkan istilah “gembok dan kunci” untuk menjelaskan interaksi substrat enzim. Saat ini lebih dari 3000 enzim telah diidentifikasi.  Seperti halnya protein, enzim juga tersusun dari rantai asam amino.  Enzim ini akan mempercepat reaksi kimia dengan cara menempel pada substrat dan keseluruhan proses reaksi akan stabil dan menghasilkan kompleks enzim substrat.  Dengan bantuan enzim ini, energi yang digunakan untuk menggerakan proses reaksi kimia menjadi lebih kecil.  Enzim akan bekerja pada kondisi lingkungan yang tidak mengubah struktur aslinya yaitu yang paling baik pada suhu dan pH menengah (Wijayanti, 2013).
Setiap enzim terbentuk dari molekul protein sebagia komponen utama penyusunnya dan beberapa enzim hanya terbentuk dari molekul protein dengan tanpa adanya penambahan komponen lain. Tetapi perlu diingat bahwa tidak semua protein mempunyai fingsi katalitik, sehingga tidak dapat digolongkan sebagai enzim. Sebagai contoh, protein pada mikrotubula, mikrofilamen dan beberapa molekul protein pada membran terlihat lebih fungsi struktural daripada katalitik. Satu ciri khas sel hidup adalah terdapatnya proses metabolisme yang diperantarai oleh suatu protein yang disebut enzim yaitu suatu katalisator protein yang mempercepat reaksi kimia dalam makhluk hidup atau dalam sistem biologik. Tanpa enzim maka reaksi seluler berlangsung sangat lambat bahkan mungkin tidak terjadi reaksi (Toha, 1992).
Dalam mengkatalis suatu reaksi enzim ribuan di dalam sel dan substratnya sangat spesifik tidak akan terjadi kekeliruan. Subsrat adalah substansi yang mengalami perubahan kimia setelah bercampur dengan enzim sedangkan produk adalah substansi baru yang terbentuk setelah reaksi mencapai keseimbangan. Oksireduktusi beredar antara bentuk-bentuk oksidase dan reduktasinya jika molekul-molekul substrat secara berturut-turut dioksidasi. Sifat elektron menetukan dua jenis oksidase reduktase yang kita tinjau, dehidrogenase atau oksidase (Toha, 1992).
Reaksi kimia tetap berlangsung tanpa enzim. Namun, reaksi tersebut berjalan lambat. Berbagai reaksi kimia metabolis di dalam tubuh organisme dapat berlangsung dengan cepat karena sel organisme tersebut menghasilkan enzim. Misalnya saja kita yang dapat menyimpan larutan glukosa dalam jangka waktu tak terbatas bila disimpan di dalam botol yang terjaga kondisinya dan tidak tercemar oleh jamur atau bakteri. Larutan glukosa tersebut akan terurai bila berada di dalam sitoplasma sel. Reaksi kimia di dalam sel dilakukan oleh enzim yang termasuk ke dalam golongan katalis. Katalis adalah zat yang mempercepat reaksi dengan energi aktivasi tanpa mengubah hasil akhir (produk). Enzim tidak ikut serta dalam pengubahan suatu zat (reaksi), tetapi zat tersebut sibuat berulang kali untuk mempercepat reaksi. Enzim adalah katalis protein yang dihasilkan oleh sel. Zat tersebut mengatur kecepatan dan kekhususan ribuan reaksi kimia yang berlangsung di dalam sel (Wilbraham, 1992).
Enzim bekerja pada perangkat substrat (reaktan) dan mengubahnya menjadi suatu perangkat hasil (produk). Daerah pada enzim yang mengikat suatu substrat adalah sisi aktif (tempat aktif). Tingkat kekhhususan yang tinggi memungkinkan sel mengendalikan reaksi-reaksi metabolisme dengan mengatur bentuk dan jumlah enzim yang dihasilkan. Beberapa enzim bersifat sangat spesifik, yaitu hanya mengkatalis suatu reaksi kimia tertentu. Tetapi pada umumnya enzim tidak begitu spesifik dan akan menguraikan zat-zat lain yang mesih berkerabat (berhubungan), misalnya lipase yang dapat bekerja pada sejumlah besar lemak. Reaktan dimana enzim akan bekerja disebut sebagai substrat enzim. Enzim berikatan dengan substrata atau beberapa substrat ketika terdapat dua atau lebih reaktan (Loveless, 1999).
Pada saat enzim dan substrat berikatan kerja katalitik enzim tersebut akan mengubah substrat menjadi produk atau beberapa produk reaksi. Keseluruhan proses itu dapat diringkas sebagai berikut, dengan nama enzim ditulis tanpa panah berikut: Substrat (-substrat) enzim produk (-Produk) Misalnya, enzim-enzim sukrase (sebagian besar nama enzim berakhiran dengan ase) memecah disakarida sukrosa menjadi kedua monosakarida, glukosa dan fruktosa: Sukrosa + H2O sukrosa glikos + Fruktosa. Untuk memperoleh pengukuran kecepatan reaksi enzim yang terpercaya, diperlukan penentuan dalam jangka waktu pendek segera setelah enzim dicampurkan ke dalam substrat. Ideal kecepatan ini harus diukur pada saat yang tepat ketika enzim itu dicampurkan, tetapi itu bukan sasaran yang praktis. Walaupun demikian, karena kecepatan ini dinyatakan sebagai kecepatan reaksi awal dan kira-kira sangat dekat dengan kecepatan reaksi yang dikatalis enzim sebelum terjadi perubahan konsentrasi substrat (Loveless, 1999).
Aktivitas enzim dinyatakan sebagai laju reaksi kimia berkatalis enzim dalam mengubah substrat menjadi produk. Aktivitas tergantung pada konsentrasi enzim dan keadaan reaksi seperti pH dan suhu, aktivitas enzim sering diukur dengan mengikuti munculnya produk berwarna dalam beberapa waktu atau reaksi yang melibatkan pengambilan atau pelepasan proton dapat diikuti dengan mengukur perubahan pH larutan uji menurut waktu. Enzim mempunyai karakteristik yang tidak sama dengan tipe katalisnya. Pada empat yang pertama enzim mempunyai tingkat temperatur yang spesifik, studi tentang aktivitas enzim partikuler yang maksimal disekeliling temperatur normal dari organ dimana enzim ditemukan (Wirahadikusumah, 1989).


Menurut Runtah (2011), yang menyatakan bahwa ada 6 golongan enzim yaitu:
1.         Oksidoreduktase yaitu golongan enzim yg mengkatalisis pengambilan atom hidrogen dari suatu senyawa baik dehidrogenase maupun oksidase.
2.         Transferase yaitu enzim yg mengkatalisis reaksi pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain.
3.        Hidrolase yaitu enzim yang berperan sebagai katalis pada reaksi hidrolisis baik pemecahan ester, glikosida dan peptide.
4.         Liase yaitu enzim yg mengkatalisis dalam reaksi pemisahan gugus dari suatu substrat (bukan cara hidrolisis) atau sebaliknya.
5.        Isomerase yaitu enzim yang bekerja pada reaksi perubahan intramolekuler.
6.        Ligase adalah enzim yang mengkatalisis reaksi penggabungan dua molekul.
Menurut Wirahadikusumah (1989), yang menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim adalah sebagai berikut:
1.        Temperatur, karena enzim tersusun dari protein, maka enzim sangat peka terhadap temperatur. Temperatur yang tinggi dapat menghambat reaksi. Pada umumnya temperatur optimum enzim adalah 30-40 0C. Kebanyakan enzim tidak menunjukkan reaksi jika suhu turun sampai sekitar 0 0C, namun enzim tidak rusak. Bila suhu normal kembali, maka enzim akan aktif kembali. Enzim tahan pada suhu rendah, namun rusak di atas suhu  50 0C.
2.        Perubahan pH, karena dapat mempengaruhi perubahan asam amino kunci pada saat sisi aktif enzim sehingga menghalangi sisi aktif bergabung dengan substratnya. pH enzim optimum berbeda-beda tergantung jenis enzimnya.
3.        Konsentrasi enzim dan substrat, perbandingan jumlah antara enzim dan substrat harus sesuai. Jika enzim terlalu sedikit dan substrat terlalu banyak reaksi akan berjalan lambat dan bahkan ada substrat yang terkatalisasi. Semakin banyak enzim maka reaksi akan semakin cepat.
4.        Inhibitor enzim, merupakan penghambat kerja enzim. Jika inhibitor ditambahkan ke dalam campuran enzim dan substrat, kecepatan reaksi akan turun. Cara kerja inhibitor ini adalah berikatan dengan enzim membentuk kompleks enzim-inhibitor yang masih mampu atau tidak mampu berikatan dengan substrat. Inhibitor enzim ada dua, yaitu:
a.         Inhibitor kompetitif dimana zat pernghambatnya mempunyai struktur yang mirip dengan struktur substrat. Dengan demikian baik substrat maupun zat penghambat berkompetisi atau bersaing untuk bergabung dengan sisi aktif enzim. Jika zat penghambat lebih dulu berikatan dengan sisi aktif enzim, maka substrat tidak bisa lagi berikatan dengan sisi aktif enzim.
b.         Inhibitor nonkompetitif dimana substrat sudah tidak dapat berikatan       dengan kompleks enzim inhibitor, karena sisi aktif enzim berubah.




BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.      Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan pratikum ini adalah sebagai berikut:
Hari/tanggal              :    Selasa / 10 Desember 2013
Waktu                       :    09.00 – 11.30 WITA
Tempat                     :    Laboratorium Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
B.       Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1.         Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bunsen 1 buah, gegep 1 buah, gelas kimia 1 buah, kaki tiga 1 buah, kasa asbes 1 buah, pipet skala 1 buah, pipet tetes 1 buah, plat tetes 1 buah, rak tabung 1 buah dan tabung reaksi 4 buah.
2.         Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini es batu, iodine 0,01 m, larutan Amilum 0,5%, larutan Amilum 1%, larutan Lugol, larutan Methylen Blue dan Formaldehid, larutan HCl pekat, larutan urease, larutan ureum 0,15%, larutan NaOH 10%, paraffinum liqudum, reagens Nessler, saliva (air liur yang diencerkan) dan susu beruang.
C.      Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.         Sifat Enzim
a.         Pengaruh Suhu Terhadap Kegiatan Enzim
1)        Memasukkan masing-masing 5 ml larutan ureum 0,15% ke dalam tabung reaksi.
2)        Menyiapkan 3 buah tabung reaksi.
3)        Mendinginkan tabung reaksi pertama ke dalam es.
4)        Menambahkan masing-masing 1 ml larutan urease ke dalam tabung reaksi kedua dan ketiga.
5)        Memasukkan tabung reaksi yang kedua selama 1 menit.
6)        Mendinginkan tabung reaksi yang ketiga ke dalam es.
7)        Memasukkan atau mendinginkan tabung reaksi yang kedua ke dalam gelas kimia yang berisi es dan tabung ketiga.
8)        Mencampur larutan ureum dan urase yang ada di dalam tabung reaksi kedua dan ketiga.
9)        Mendinginkan kembali campuran larutan tersebut ke dalam es.
10)    Mengangkat dan mendiamkan campuran larutan selama 15 menit.
11)    Menambahkan 3 tetes reagens Nessler ke dalam campuran larutan tersebut.
12)    Mengamati perubahan yang terjadi.
b.        Pengaruh pH Terhadap Kegiatan Enzim
1)        Menyiapkan 3 buah tabung reaksi.
2)        Memasukkan masing-masing 5 ml larutan amilum 0,5% ke dalam tabung reaksi.
3)        Menambahkan 4 tetes larutan NaOH 10% ke dalam tabung reaksi yang pertama.
4)        Menambahkan 4 tetes larutan HCl pekat ke dalam tabung reaksi yang kedua.
5)        Menambahkan 5 ml air liur yang telah diencerkan 50 kali ke dalam masing-masing tabung reaksi.
6)        Mendiamkan masing-masing abung reaksi pada suhu kamar selama 30 menit.
7)        Mengamati perubahan yang terjadi.
8)        Menambahkan 5 tetes larutan lugol ke dalam masing-masing tabung reaksi.
9)        Mengamati perubahan yang terjadi.
2.         Enzim Schardinger dalam Susu
a.         Menyediakan 3 buah tabung reaksi.
b.        Memasukkan 5 ml susu ke dalam tabung reaksi yang pertama.
c.         Menambahkan 5 tetes campuran larutan methylen blue dan formaldehid.
d.        Menambahkan 2 tetes larutan paraffinum liqudum.
e.         Mengamati perubahan yang terjadi.
f.         Menambahkan 5 ml susu ke dalam tabung reaksi yang kedua.
g.        Menambahkan 5 tetes campuran larutan methylen blue dan formaldehid ke dalam tabung reaksi tersebut.
h.        Mengamati perubahan yang terjadi.
i.          Memasukkan 5 ml susu yang telah dipanaskan dan didinginkan kembali ke dalam tabung reaksi yang ketiga.
j.          Menambahkan 5 tetes campuran methylen blue dan formaldehid ke dalam tabung reaksi tersebut.
k.        Menambahkan 2 tetes paraffinum liqudum ke dalam tabung reaksi.
l.          Mengamati perubahan yang terjadi.
m.      Memasukkan ketiga tabung reaksi ke dalam gelas kimia yang berisi air panas dengan suhu 37-40oC.
n.        Mengamati perubahan yang terjadi.
3.         Pengaruh Temperatur Terhadap Keaktifan Suatu Enzim
a.         Menyediakan 4 buah tabung reaksi.
b.        Memasukkan 5 ml larutan amilum 1% ke dalam masing-masing tabung reaksi.
c.         Memasukkan tabung reaksi yang pertama ke dalam es.
d.        Menyimpan tabung reaksi yang kedua dan keempat pada suhu kamar.
e.         Memasukkan tabung reaksi yang ketiga ke dalam air panas pada suhu 38oC.
f.         Menambahkan 2 tetes saliva encer pada tabung reaksi pertama, kedua dan ketiga.
g.        Menambahkan 2 tetes saliva encer yang telah dipanaskan dengan air mendidih ke dalam tabung reaksi yang keempat.
h.        Mengambil contoh dari masing-masing tabung dan menetesi dengan iodine 0,01 M sebanyak 2 tetes pada pipet tetes hingga interval 5 menit.











BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan percobaan enzim dan susu adalah sebagai berikut:
1.         Sifat Enzim
No.
Gambar
Keterangan
1.
Pengaruh Suhu Terhadap Kegiatan Enzim
a.    Perlakuan pertama
1)   Ureum
 






2)   Ureum










3)   Ureum
                
                   
       

                                                        



1)   Ureum
Terdapat larutan bening





2)   Ureum
Terdapat larutan kuning








3)   Ureum
Terdapat larutan kuning

b.    Ureum + Urease
1)   Tabung 2





2)   Tabung 3






1)   Tabung 2
Terdapat larutan putih kekuningan



2)   Tabung 3
Terdapat larutan putih kekuningan

c.    Pencampuran tabung 2 dan tabung 3 + didinginkan







c.    Pencampuran tabung 2 dan tabung 3 + didinginkan
Terdapat larutan bening.


d.   Ureum + Urease + didiamkan 15 menit


                             1
                             2

d.   Ureum + Urease + didiamkan 15 menit
1.    Larutan kuning
2.    Larutan orange

e.    Ureum + Urease + didiamkan 15 menit + larutan Nessler


                             1
                             2

e.    Ureum + Urease + didiamkan 15 menit + larutan Nessler
1.    Larutan kuning
2.    Larutan orange
2.
Pengaruh pH Terhadap Kegiatan Enzim
a.    Larutan
1)   Amilum + NaOH



                            1
                            2
                            3

2)   Amilum + HCl Pekat



                               1
                               2
                               3

3)   Amilum




                        1
                        2     




1)   Amilum + NaOH
1.    Cincin bening
2.    Gelembung
3.    Larutan bening



2)   Amilum + HCl Pekat
1.    Cincin bening
2.    Gelembung
3.    Larutan kuning agak keruh


3)   Amilum
1.    Cincin bening
2.    Larutan bening



b.    Larutan + Saliva
1)   Amilum + NaOH + Saliva

                               1
                               2
                               3
                               4
2)   Amilum + HCl Pekat + Saliva


                               1
                               2
                               3    
3)   Amilum + Saliva

                                1   
                                2
                                3
                                4

1)   Amilum + NaOH + Saliva
1.    Busa
2.    Larutan putih keruh
3.    Gelembung
4.    Larutan bening

2)   Amilum + HCl Pekat + Saliva
1.    Busa
2.    Gelembung
3.    Larutan bening


3)   Amilum + Saliva
1.    Busa
2.    Cincin putih
3.    Larutan keruh
4.    Larutan bening

c.    Larutan + Saliva + Setelah didiamkan 30 menit
1)   Tabung 1

                       1       
                       2
                       3         
                       4
2)   Tabung 2


                              1
                              2

3)   Tabung 3


                                1 
                                2
                                3




1)   Tabung 1
1.    Busa
2.    Larutan putih keruh
3.    Gelembung
4.    Larutan bening

2)   Tabung 2
1.    Cincin bening
2.    Larutan bening



3)   Tabung 3 
1.    Cincin putih
2.    Larutan keruh
3.    Larutan bening

d.   Larutan + Saliva + didiamkan 30 menit + Larutan Lugol
1)   Tabung 1







2)   Tabung 2


                        1 
                       
                        2
3)   Tabung 3


                           1
                           2



1)   Tabung 1
Terdapat larutan bening





2)   Tabung 2
1.    Larutan biru tua
2.    Larutan bening



3)   Tabung 3
1.    Larutan ungu kehitaman
2.    Larutan biru keunguan

Sumber: Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2013.

2.         Enzim Schardinger dalam Susu
No.
Gambar
Keterangan
1.
Susu
a.    Tabung 1


                          1
                          2

b.    Tabung 2



                          1       
                          2


c.    Tabung 3
                 

                      1    
                      2            
                                              

a.    Tabung 1
1.    Busa
2.    Larutan putih tulang



b.    Tabung 2
1.    Busa
2.    Larutan putih tulang




c.    Tabung 3
1.    Busa
2.    Larutan putih tulang
2.
Susu + Mathylen Blue dan Formaldehid
a.    Tabung 1


                           1
                           2   

b.    Tabung 2


                         1 
                         2   

c.    Tabung 3


                         1
                         2



a.    Tabung 1
1.    Larutan biru
2.    Larutan putih tulang



b.    Tabung 2
1.    Larutan biru
2.    Larutan putih tulang



c.    Tabung 3
1.    Larutan biru
2.    Larutan putih tulang
3.
Susu + Methylen Blue dan Formaldehid + Paraffinum Liqudum
a.    Tabung 1

                        1
                        2
                        3

b.    Tabung 3

                         1
                         2
                         3
                         4



a.    Tabung 1
1.    Larutan biru tua
2.    Cincin biru muda
3.    Larutan putih


b.    Tabung 3
1.    Busa
2.    Larutan biru tua
3.    Larutan biru muda
4.    Larutan putih tulang

4.
Setelah direndam air panas
a.    Tabung 1

                          1
                          2
                          3
                          4

b.    Tabung 2

                          1
                          2  
                          3
                          4


c.    Tabung 3
                       1
                       2 
                       3
                       4 
                       5

a.    Tabung 1
1.    Larutan biru tua
2.    Cincin biru muda
3.    Laruutan putih tulang
4.    Larutan biru muda


b.    Tabung 2
1.    Gelembung
2.    Larutan biru tua
3.    Larutan biru muda
4.    Larutan putih tulang



c.    Tabung 3
1.    Gelembung
2.    Larutan biru tua
3.    Larutan biru muda
4.    Larutan biru muda
5.    Larutan putih tulang
Sumber: Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2013.

3.         Pengaruh Temperatur Terhadap Keaktifan Suatu Enzim
No.
Gambar
Keterangan
1.
Sebelum Pencampuran
a.    Tabung 1





b.    Tabung 2





c.    Tabung 3






d.   Tabung 4


                    

                                                                

a.    Tabung 1
Terdapat larutan putih keruh




b.    Tabung 2
Terdapat larutan putih keruh




c.    Tabung 3
Terdapat larutan putih keruh





d.   Tabung 4
Terdapat larutan putih keruh
2.
Setelah diteteskan saliva dan didinginkan
a.    Amilum + air es







b.    Suhu kamar



                          1
                          2
                         

c.    Amilum + Saliva + dipanaskan



                         1
                         2
                         3



d.   Amilum + Saliva encer + dipanaskan







a.    Amilum + air es
Terdapat larutan putih keruh





b.    Suhu kamar
1.    Cincin putih
2.    Larutan bening




c.    Amilum + Saliva + dipanaskan
1.    Cincin putih
2.    Gelembung
3.    Endapan putih




d.   Amilum + Saliva encer + dipanaskan
Terdapat larutan putih keruh
Sumber: Laboratorium Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2013.

B.       Pembahasan
Adapun pembahasan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.         Pengaruh suhu terhadap kegiatan enzim
Enzim merupakan biokatalisator yang bekerja spesifik. Aktivitas katalis yang dimiliki enzim merupakan alat ukur yang selektif dan sensitif terhadap aktivitas enzim. Pada percobaan ini dilakukan perlakuan pertama yaitu menyediakan tiga tabung masing-masing diisikan ureum. Kemudian tabung 1 didinginkan serta menambahkan larutan urease pada tabung 2 dan 3 yang akan menghasilkan larutan putih kekuningan, dilakukan pencampuran larutan pada tabung 2 dan 3 kemudian didinginkan dan akan menghasilkan warna bening. Kemudian urase ditambahkan ureum dan didiamkan selama 15 menit akan menghasilkan larutan kuning dan orange, kemudian ditambahkan larutan Nessler dan akan menghasilkan larutan kuning muda dan orange.

Hal ini sesuai dengan pendapat Wirahadikusuma (1989) enzim tersusun dari protein, maka enzim sangat peka terhadap temperatur. Temperatur yang tinggi dapat menghambat reaksi. Pada umumnya temperatur optimum enzim adalah 30-40 0C. Kebanyakan enzim tidak menunjukkan reaksi jika suhu turun sampai sekitar 0 0C, namun enzim tidak rusak. Bila suhu normal kembali, maka enzim akan aktif kembali. Enzim tahan pada suhu rendah, namun rusak di atas suhu 50 0C. Tempat bekerja enzim sangat bervariasi tergantung pada tempat enzim tersebut berasal.
2.         Pengaruh pH terhadap kegiatan enzim.
Pada percobaan ini menyiapkan 3 tabung reaksi dan memasukkan 5 ml larutan amilum 0,5% pada setiap tabung. Menambahkan 4 tetes larutan NaOH 10% pada tabung 1, dimana hasilnya terdapat cincin bening, gelembung dan larutan bening; menambahkan 4 tetes larutan HCl Pekat pada tabung 2, dimana hasilnya terdapat cincin bening, gelembung dan larutan kuning agak keruh; dan pada larutan amilum yang terdapat pada tabung 3 akan menghasilkan cincin bening dan larutan bening.
Kemudian menyediakan 3 tabung lagi pada percobaan larutan ditambahkan dengan saliva. Menambahkan amilum, NaOH dan saliva pada tabung 1 yang akan menghasilkan busa, larutan putih keruh, gelembung dan larutan bening. Amilum ditambah larutan HCl pekat dan ditambahkan dengan saliva akan menghasilkan busa, gelembung dan larutan bening. Kemudian amilum ditambahkan dengan saliva yang akan menghasilkan busa, cincin putih, latutan keruh dan larutan bening.
Pada larutan ditambah dengan saliva dan setelah didiamkan 30 menit akan menghasilkan busa, larutan putih keruh, gelembung dan larutan bening pada tabung 1; pada tabung 2 terdapat cincin bening dan larutan bening; dan pada tabung 3 terdapat cincin putih, larutan keruh dan lautan bening. Kemudian ditambahkan dengan larutan lugol akan menghasilkan larutan bening pada tabung 1, terdapat larutan biru tua dan larutan bening pada tabung 2 dan pada tabung 3 terdapat larutan ungu kehitaman dan larutan biru keunguan.
Baik tidaknya enzim itu beraktivitas diindikasikan dengan cepat lambatnya proses hidrolisis amilum oleh enzim tersebut. Dengan penambahan larutan iodine, amilum akan memberikan warna biru tua. Apabila enzim menghidrolisis amilum menjadi gula yang lebih sederhana, maka warna biru tua yang terbentuk akibat reaksi dengan iodine tersebut lama kelamaan akan berubah menjadi kekuningan dan hilang menjadi bening tak berwarna seiring dengan berkurang dan habisnya amilum dalam larutan (amilumnya habis terhidrolisis menjadi gula sederhana).
Hal ini sesuai dengan pendapat Wirahadikusuma (1989), Perubahan pH dapat mempengaruhi karena dapat mempengaruhi perubahan asam amino, pada saat sisi aktif enzim sehingga menghalangi sisi aktif bergabung dengan substratnya. pH enzim optimum berbeda-beda tergantung jenis enzimnya.
3.         Enzim Schardinger dalam susu
Pada percobaan ini, menyiapkan 3 tabung reaksi dan mengisinya 5 ml susu kemudian ditambahkan 5 tetes campuran methylen blue dan formaldehid, pada tabung 1, 2 dan 3 terdapat larutan biru dan larutan putih tulang. Kemudian susu ditambah methylen blue dan formaldehid ditambah paraffinum liqudum, pada tabung 1 terdapat larutan biru tua, cincin biru muda dan larutan putih. Dan pada tabung 3 terdapat busa, larutan biru tua, larutan biru muda dan larutan putih tulang. Setelah direndam air panas akan meghasilkan perubahan yaitu pada tabung 1 akan menghasilkan larutan biru tua, cincin biru muda, larutan putih tulang dan larutan biru nuda; pada tabung 2 akan menghasilkan gelembung, larutan biru tua, larutan biru muda dan larutan putih tulang; dan pada tabung 3 terdapat gelembung, larutan biru tua, larutan biru muda, larutan biru muda dan larutan putih tulang.
Hal ini sesuai dengan pendapat Tim Dosen (2013), yang menyatakan bahwa dalam susu pun terdapat semacam dihidrogenase yaitu enzim Schardinger. Enzim ini sanggup mengambil hydrogen dari aldehida. Dan susunan susu selalu tidak tetap, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti umur, diet lama, masa laktasi, waktu sekresi, suhu, keadaan fisik, mental dan sebagainya. Susu biasanya berwarna putih kekuningan, cair dan asam (pH 6,6 - 6,9) dengan pemanasan koagulan negatif.
4.      Pengaruh temperatur terhadap keaktifan suatu enzim
Pada percobaan ini, menyiapkan 4 buah tabung reaksi dan mengisinya  dengan larutan pati, kemudian amilum dtambahkan air es menghasilkan warna putih keruh, kemudian diteteskan saliva encer. Pada tabung 1 didingikan berwarna keruh, tabung 2 pada suhu kamar terdapat cincin putih pada bagian atas dan larutan bening dibagian bawah, pada tabung 3 dicelupkan pada air panas berwarna keruh, dan pada tabunng 4 dipanaskan sampai mendidih berwarna keruh. Kemudian ditambahkan iodine dan didiamkan dalam interval waktu 5 menit. Dari hasil percoban ini pada tabung tiga menunjukkan hasil positif terdapat amilum dengan pengujian ini berdasarkan perubahan warna yang terjadi menjadi keunguan. Hal ini sesuai dengan literatur Toha. (1992) yang menyatakan bahwa diantara faktor–faktor yang mempengaruhi enzim dan aktivitas enzim kita sebutkan adalah pengacuh temperatur.





BAB V
PENUTUP


A.      Kesimpulan
1.         Pada umumnya temperatur optimum enzim adalah 30-40 0C. Kebanyakan enzim tidak menunjukkan reaksi jika suhu turun sampai sekitar 0 0C, namun enzim tidak rusak. Bila suhu normal kembali, maka enzim akan aktif kembali. Enzim tahan pada suhu rendah, namun rusak di atas suhu 50 0C. tempat bekerja enzim sangat bervariasi tergantung pada tempat enzim tersebut berasal.
2.         Perubahan pH dapat mempengaruhi karena dapat mempengaruhi perubahan asam amino, pada saat sisi aktif enzim sehingga menghalangi sisi aktif bergabung dengan substratnya. pH enzim optimum berbeda-beda tergantung jenis enzimnya.
3.         Pengaruh temperatur terhadap keaktifan suatu enzim umumnya enzim bekerja pada suhu yang optimum. Apabila suhu turun, maka aktivitas menurun dan enzim menjadi rusak.
4.         Perubahan temperatur dapat mempengaruhi keaktifan enzim jika temperatur rendah maka enzim akan berhenti bekerja dan jika temperatur kembali normal maka enzim akan kembali bekerja. Enzim dapat bekerja sesuai temperatur tempat enzim tersebut berasal.


B.       Saran
Adapun saran yang dapat yang dapat saya sampaikan pada praktikum ini yaitu sebaiknya semua praktikan melakukan semua percobaan agar supaya semua praktikan dapat mengetahui semua percobaan yang dilakukan pada saat praktikum.













DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Susu. http: //id.wikipedia. org/wiki/susu. Diakses tanggal 11 Februari 2013.

Loveless, A. R. 1999. Prinsip – prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Derah Tropik. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Mustahib.  2011. Enzimhttp: // biologi. blogsome. com/2011/08/16/ enzim/. Diakses tanggal 11 Februari 2013.

Runtah. 2011. Penggolongan Enzim Menurut Reaksinya. http://kimiadahsyat. blogspot.com/. Diakses tanggal 11 Februari 2013.

Tim Dosen. 2013. Penuntun Biokimia Nutrisi Ternak. UIN: Makassar.

Toha, A. 1992. Biokimia. Alfabeta: Surabaya.

Wijayanti. 2013. Pemanfaatan Enzim pada Industri Pakan. http://enzim/ indah wijayanti'sweblog.blogspot.com. Diakses tanggal 11 Februari 2013.

Wilbraham, A. C dan M. S Matta. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati.
ITB: Bandung.

Wirahadikusumah, M. 1989. Biokimia. ITB: Bandung.

Zuhra. 2010. Susu Segar. http://zuhra-sususegar. blogspot. com/2010/08/17.html. Diakses tanggal 11 Februari 2013.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar