Minggu, 15 Juni 2014

Benteng Jampea

Benteng jampea adalah suatu pulau dimana memiliki kekayaan alam baik laut maupun di darat dan benteng jampea memiliki pelabuhan ke-2 terpanjang di sulawesi selatan.
Pulau Jampea (biasa disebut juga pulau Tanah Jampea) adalah pulau yang terletak di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Pulau ini berada di bagian selatan Pulau Selayar tepatnya di antara Pulau Kayuadi kecamatan Taka Bonerate dan Pulau Kalao kecamatan Pasimarannu dengan koordinat 7°6′0,76″LU 120°41′7,39″BTKoordinat: 7°6′0,76″LU 120°41′7,39″BT. Di pulau ini terdapat 2 kecamatan antara lain kecamatan Pasimasunggu dan kecamatan Pasimasunggu Timur serta 10 desa antara lain desa Bontosaile, desa Maminasa, desa Labuang Pamajang, desa Kembang Ragi, desa Lembang Baji, desa Masungke, desa Tanamalala, desa Bontomalling, desa Bontobulaeng dan desa Bontobaru.
Pulau Jampea merupakan pulau terbesar kedua di Kepulauan Selayar setelah Pulau Selayar dan merupakan satu-satunya pulau penghasil beras di Kabupaten Kepulauan Selayar. Penduduk di Pulau Jampea rata-rata menguasai 3 bahasa yakni bahasa Indonesia, bahasa Bugis dan bahasa Selayar. Mata pencaharian penduduk di pulau ini selain sebagai nelayan dan petani tambak juga sebagai petani penghasil beras dan penghasil kopra yang sudah terkenal sejak tahun 1918.
di pulau inilah saya dilahirkan ke dunia pada tahun 1992, bulan november. dan saya bersyukur ke dua orang tua saya melahirkan ke dunia ini.

Laporan Ilmu Hijauan Dan Tata Laksana Ladang

LAPORAN LENGKAP PRAKTEK LAPANG
ILMU HIJAUAN DAN TATA LAKSANA LADANG TERNAK
 (PET – 2315)

















Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Melulusi Mata Kuliah
Ilmu Hijauan dan Tata Laksana Ladang Ternak (Pet-2315)
Pada Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar



Oleh:

ASRUL
60700112042



JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2013



LAPORAN LENGKAP PRAKTEK LAPANG
ILMU HIJAUAN DAN TATA LAKSANA LADANG TERNAK


 











Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Melulusi Mata Kuliah
Ilmu Hijauan dan Tata Laksana Ldang Ternak (Pet-2315) Pada
Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar




Oleh:

ASRUL
60700112042




JURUSAN ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2013




HALAMAN PENGESAHAN
Judul                          :    Laporan Lengkap Praktek Lapang Ilmu Hijauan dan Tata Laksana Ladang Ternak (Pet-2315) 
Laporan                     :    Sebagai Salah Satu Syarat Melulusi Mata Kuliah Ilmu Hijauan dan Tata Laksana Ladang Ternak (Pet-2315)  Pada Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Nama                         :    Ardiansyah
Kelas                         :    B
Telah diperiksa dan disetujui oleh  Asisten dan Koordinator Asisten dan dinyatakan diterima.
Samata,    Desember 2013
 Koordinator Asisten                                                                      Asisten

Wahyudir Kadir, S.Pt                                                   Wahyudir Kadir, S.Pt
                                                                                           

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab

                                       Dr. Ir. Abd. Latief Fattah, M.S                                                     
                                       NIP:
Tanggal Pengesahan :      Desember  2013


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Hujauan merupakan semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan. Kelompok tanaman ini adalah rumput (graminae), leguminosa dan tumbuh-tumbuhan lainnya. Kelompok hijauan biasanya disebut makanan kasar. Hijauan yang diberikan ke ternak ada dalam bentuk hijauan segar dan hijauan kering. Hijauan segar adalah makanan yang berasal dari hijauan dan diberikan ke ternak dalam bentuk segar. Sedangkan hijauan kering adalah hijauan yang diberikan ke ternak dalam bentuk kering (hay) atau disebut juga jerami kering (Edo, 2012).
Ketersediaan hijauan makanan ternak yang tidak tetap sepanjang tahun, maka diperlukan budidaya hijauan pakan, baik dengan usaha perbaikan manajemen tanaman keras atau penggalakan cara pengelolaan penanaman rumput unggul sehingga mutu setiap jenis hijauan yang diwariskan oleh sifat genetik bisa dipertahankan atau ditingkatkan. Dengan cara demikian kekurangan akan hijauan pakan dapat diatasi, sehingga nantinya dapat mendukung pengembangan usaha ternak ruminansia yang akan dilakukan (Kanisius, 1983).
Menggambarkan secara utuh tentang kondisi desa. Data-data yang disusun diambil dari semua data yang tersedia dan bisa didapatkan. Selain menggunakan data-data yang ada gambaran umum desa ini, diperkaya dengan data-data yang didapat dari hasil survey pemetaan sosial, wawancara, Forum Grup Diskusi (FGD) dengan menggunakan metode CLAPP-GSI, maupun pengamatan secara langsung, merupakan bagian dari tahapan data yang dipakai untuk menggambarkan situasi atau keadaan kependudukan misalkan dalam gambaran, umum memakai data hasil survey serta melalui sensus Peringkat Kesejahteraan Masyarakat (PKM) dalam bentuk indept interview dan Forum Gruop Diskusi (FGD) kepada masyarakat umum.   
B.       Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktek lapang  ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui proses tata laksana ladang
2.    Untuk mengetahui sistem pemeliharaan ternak.
3.    Untuk mengetahui proses pengolahan pakan ternak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.      Hijauan di Indonesia
Hijauan yang ada di Indonesia adalah semua bentuk bahan pakan yang berasal dari tanaman atau rumput termasuk leguminosa baik yang belum dipotong maupun yang dipotong dari lahan dalam keadaan segar (Akoso, 1996).
Hijauan adalah segala bahan makanan yang tergolong pakan kasar yang berasal dari pemanenan bagian vegetatif tanaman yang berupa bagian hijau yang meliputi daun, batang, kemungkinan juga sedikit bercampur bagian generatif, utamanya sebagai sumber makanan ternak ruminansia (Reksohadiprodjo, 1985).
Hijauan diartikan sebagai pakan yang mengandung serat kasar, atau bahan yang tak tercerna, relatif tinggi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ternak ruminansia membutuhkan sejumlah serat kasar dalam ransumnya agar proses pencernaan berjalan secara lancar dan optimal. Sumber utama dari serat kasar itu sendiri adalah hijauan (Siregar 1994).
Seperti diketahui secara umum, ternak tidak dapat melangsungkan kehidupannya tanpa adanya asupan pakan. Produktivitas ternak tinggi jika asupan pakannya seimbang yakni tercukupi baik dari segi kualitas maupun kuantitas pakan.  Pakan memiliki peran yang penting bagi ternak, baik bagi pemenuhan kebutuhan hidup pokok, bunting, laktasi, produksi (telur, daging dan susu) maupun untuk kepentingan kesehatan ternak yang bersangkutan. Karena ternak jika salah diberi pakan juga dapat menimbulkan penyakit yang merugikan bagi ternak dan peternak. Jenis pakan yang umumnya diberikan pada ternak adalah hijauan dan konsentrat (Kanisius, 1983).
B.       Jenis Hijauan
Salah satu jenis pakan ternak yaitu hijauan segar. Hijauan segar merupakan bahan pakan ternak yang diberikan pada ternak dalam bentuk segar, baik dipotong dengan bantuan manusia atau langsung disengut langsung oleh ternak dari lahan hijauan pakan ternak. Hijauan segar umumnya terdiri dari daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan (Gramineae) dan tanaman biji-bijian atau kacang-kacangan (Leguminosa) (AAK, 1983).
Menurut AAK (1983), jenis rumput terbagi atas 2 yaitu sebagai berikut:
1.    Rumput (Gramineae)
Rumput merupakan tumbuhan monokotil, mempunyai sifat tumbuh, yaitu membentuk rumpun, tanaman dengan batang merayap pada permukaan, tanaman horisontal dengan merayap tetapi tetap tumbuh ke atas dan rumpun membelit (Siregar, 1994).
Rumput dalam pengelompokkannya dibagi menjadi dua yaitu rumput potong dan rumput gembala. Yang termasuk dalam kelompok rumput potongan adalah rumput yang memenuhi persyaratan: memiliki produktivitas yang tinggi, tumbuh tinggi secara vertikal dan banyak anakan seerta responsif terhadap pemupukan.Termasuk kelompok ini antara lain: Pennisetum perpureum, Pannicum maximum, euchlaena mexicana, Setaria sphacelata, Pannicum coloratum dan Sudan grass (AAK, 1983).
Rumput gembala merupakan jenis rumput yang memiliki ciri-ciri antara lain : tumbuh pendek atau menjalar dengan stolon, tahan terhadap renggutan atau injakan, memiliki perakaran yang kuat dan tahan kekeringan. Termasuk kelompok ini antara lain: Brachiaria brizhantha, Brachiaria ruziziensis, Brachiaria mutica, Paspalum dilatatum, Digitaria decumbens, Choris gayana, African star grass (Cynodon plectostachyrus) (AAK, 1983).
2.    Legum (Leguminosae)
Legum yaitu  tanaman kayu dan herba ciri khas berbentuk bunga kupu-kupu. Hijauan pakan jenis leguminosa (polong-polongan) memiliki sifat yang berbeda dengan rumput-rumputan, jenis legume umumnya kaya akan protein, Ca dan P. Leguminosa memiliki bintil-bintil akar yang berfungsi dalam pensuplai nitrogen, dimana di dalam bintil-bintil akar inilah bakteri bertempat tinggal dan berkembang biak serta melakukan kegiatan fiksasi nitrogen bebas dari udara, itulah sebabnya penanaman campuran merupakan sumber protein dan mineral yang berkadar tinggi bagi ternak, disamping memperbaiki kesuburan tanah. Contohnya: Kaliandra (Calliandra callothyrsus), Siratro (Macroptilium antropurpureum), Gamal (Gliricidia sepium), Lamtoro (Leucaena glauca), Banhinia (Rufescens lam) dan Turi (Sesbania Grandivora) (Tillman.dkk, 1991).
Di Indonesia sendiri, khususnya daerah yang kami kunjungi sebagai tempat praktikum yaitu PT. Bila River Ranch ada ± 45 jenis hijuan, yang sempat kami lihat secara fisik diantaranya Rumput gajah (Pennisetum Purpureum) .
Rumput ini merupakan rumput yang sangat dikenal di indonesia, mempunyai berbagai nama antara lain: Elephant grass, napier grass, uganda grass dan rumput gajah. Rumput ini berasal dari Afrika dan Tropika. Rumput gajah merupakan tanaman tahunan (parennial), tumbuh tegak membentuk rumpun dan memiliki rhizoma yang pendek, perakaran cukup dalam, tinggi tanaman dapat mencapai 3-4, 5 meter dan apabila dibiarkan tumbuh bebas dapat setinggi 7 meter.  Panjang daun 30-120 cm dan lebar daun 10-50 mm. Pelepah daun berbulu dengan dasar bonggol yang berbulu. Batang tebal dan keras pada yang telah tua. Tipe bunga berbentuk spike (bulir) dengan panjang panicle 10-30 cm dan lebarnya 15-30 mm. Warna bunga kehijauan, kekuningan atau kecoklatan. Butiran dikelilingi oleh bulu-bulu yang kaku dan pendek (Apik, 2012).
Tanah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik yaitu tanah yang dalam, berstruktur lemah, subur dan drainase yang baik. Tanaman ini merupakan tanaman hari pendek yang tidak akan tumbuh apabila tanaman tersebut ternaungi dan akan tumbuh dengan sangat baik apabila mendapat cahaya penuh (Indoagro, 2011).
Bahan tanam untuk perbanyakan dapat digunakan stek, biji dan pols. Panen pertama kurang lebih 60-80 hari atau 3 bulan sekali setelah tanam sedangkan panen berikutnya setiap 40-45 hari sekali pada musim hujan dan 55-60 hari pada musim kemarau. Persiapan tanah dilakukan dengan pembajakan dan penggaruan, kemudian dibuat guludan dan larikan untuk menanam benih. Bahan tanam dari stek terdiri dari 3 buku dan ditanam pada guludan dengan 2 buku masuk kedalam tanah sedangkan satu buku berada diatas permukaan tanah. Jarak antar satu pohon ke pohon lain antara 70×70 cm atau 70×100 cm. Waktu penanaman yaitu permulaan musim hujan. Rumput gajah umumnya dipanen dengan sistem potong kemudian dibawa ke kandang (cut and carry), pemupukan yang lengkap dibutuhkan untuk mendapatkan produksi yang baik.
Rumput gajah mempunyai beberapa varietas, antara lain varietas Afrika, varietas Hawai dan varietas Taiwan. Rumput gajah Taiwan ini termasuk spesies terbaik. Varietas lainnya seperti Afrika dan Hawai memiliki karesteristik yang berbeda dimana varietas Afrika yang ditandai dengan batang dan daun yang kecil, tumbuh tegak, berbunga dan produksi lebih rendah jika dibandingkan dengan rumput varietas hawai, sedangkan varietas Hawai ditandai dengan batang dan daun yang lebar, pertumbuhan rumpun sedikit menyebar, produksi cukup tinggi dan berbunga (Anonim, 2013).
Dalam surah A-An’am ayat 99, Tumbuhan merupakan ciptaan Allah swt yang sangat memiliki banyak manfaat  seperti sebagai bahan pakan untuk semua makhluk hidup dan berguna bagi tubuh makhluk hidup. Maka dari itu tanaman harus dimanfaatkan sesuai dengan yang akan dibutuhkan. Dalam Surah Al-Anam ayat 99, yang berbunyi:
uqèdur üÏ%©!$# tAtRr& z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB $oYô_t÷zr'sù ¾ÏmÎ/ |N$t7tR Èe@ä. &äóÓx« $oYô_t÷zr'sù çm÷YÏB #ZŽÅØyz ßl̍øƒU çm÷YÏB ${6ym $Y6Å2#uŽtIB z`ÏBur È@÷¨Z9$# `ÏB $ygÏèù=sÛ ×b#uq÷ZÏ% ×puŠÏR#yŠ ;M»¨Yy_ur ô`ÏiB 5>$oYôãr& tbqçG÷ƒ¨9$#ur tb$¨B9$#ur $YgÎ6oKô±ãB uŽöxîur >mÎ7»t±tFãB 3 (#ÿrãÝàR$# 4n<Î) ÿ¾Ín̍yJrO !#sŒÎ) tyJøOr& ÿ¾ÏmÏè÷Ztƒur 4 ¨bÎ) Îû öNä3Ï9ºsŒ ;M»tƒUy 5Qöqs)Ïj9 tbqãZÏB÷sムÇÒÒÈ  
Terjemahnya:
Dan dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.

Pada ayat tersebut memberikan penjelasan bahwa  tumbuh-tumbuhan atau tanaman itu merupakan kekuasaan Allah SWT yang memiliki berbagai manfaat bagi seluruh makhluk hidup didunia yang dimana tumbuh-tumbuhan tumbuh dengan air hujan yang diturunkan Allah SWT ke bumi sebagai bentuk kekuasaan-Nya. Dari ayat tersebut pula Allah SWT telah mejelaskan tentang bagaimana menghargai ciptaan-ciptaannya.
C.      Pengolahan Tatalaksana Ladang
Menurut (Edo, 2012) untuk mendapatkan hasil yang memuaskan terhadap budi daya tanaman makanan ternak perlu perlakuan pengelolaan yang baik dan cepat untuk mendapatkan pertumbuhan, produksi dan mutu tanaman yang tinggi. Pengelolaan ini mulai dari pemilihan lokasi, pemilihan bibit sebagai bahan penanaman dan pengolahan tanah dan penanaman.
1.    Pemilihan lokasi
Dalam menentukan tempat atau lokasi yang hendak dipakai sebagai area  penanaman hijauan, baik sebagai produksi potongan ataupun penggembalaan.
2.      Pemilihan bibit dan bahan penanaman
Pemilihan bibit sekiranya sesuai dengan lingkungan setempat, mudah dikembangkan dan dikelola dan kemungkinan bisa memberikan produksi yang lebih tinggi. Sedangkan bahan penanaman yang umum dipergunakan sebagai bibit ialah biji, pols dan stek.
3.      Pengolahan tanah dan penanaman
Maksud pengolahan tanah yaitu untuk mempersiapkan media tumbuh yang optimal bagi suatu tamanan dan umumnya dilakukan pada akhir musim kemarau. Sedangkan tahap-tahap pengolahan tanah yang baik meliputi land-clearing, pembajakan dan penggaruan.
a.    Membersihkan areal (Land-clearing)
Bermaksud membersihkan areal terhadap pepohonan, semak-semak dan alang-alang atau tumbuhan lainnya dengan mempertimbangkan beberapa jenis pepohonan sebagai pelindung, peneduh dan pencegah erosi.
b.    Pembajakan (Ploughing)
Bermaksud untuk memecah lapisan tanah menjadi bongkah-bongkah sehingga mempercepat proses mineralisasi bahan-bahan organik.
c.    Penggaruan (Harrowing)
Penggaruan atau penggemburan bertujuan untuk menghancurkan bongkahan-bongkahan besar menjadi struktur remah, sekaligus membersihkan sisa-sisa perakaran tumbuh-tumbuhan liar.
Penanaman dimulai pada awal musim penghujan, segera setelah tanah itu selesai diolah dengan sempurna. Hijauan yang ditanam dengan syarat produktivitas persatuan luas cukup tinggi, nilai palatabilitasnya cukup baik, toleran terhadap lingkungan (mampu dan cepat beradaptasi dengan tanah dan iklim setempat), mudah dikembangbiakkan dan nilai gizinya cukup tinggi (Suyitman, 2003).
Tanah akan mempengaruhi padang rumput sesuai dengan kandungan humusnya, kompenen zat gizinya seperti keseimbangan nitrogen, kadar pospat yang tersedia serta unsur-unsur renik seperti tembaga dan seng. Misalnya bila kadar nitrogen tanah rendah, maka kandungan  nitrogen padang rumput akan rendah dan rumput akan tumbuh lambat (Reskohadiprodjo, 1985).



BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.      Waktu Dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktek lapang ialah pada tanggal 05 Desember 2013 bertempat di kebun percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Desa Pabbentengang, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa.
B.       Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang dilakakukan yaitu:
1.    Wawancara, mahasiswa mendatangi responden. Usahakan  memperoleh data obyektif. Data penunjang dapat diperoleh dari  masyarakat. Mahasiswa menemui staf atau karyawan untuk  mendapatkan informasi dari responden yang diwawancarai di Kementerian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan  Desa Pabbentengang Kec. Bajeng Kab. Gowa. Berkomunikasi secara langsung dengan cara pewancara berhadapan muka (face to fac Communication)  dengan sasaran seperti, obrolan ditempat peternakan dan
pendekatan langsung dengan petani ternak.
2.      Observasi, dengan melakukan pengamatan secara langsung atas keadaan   responden serta keadaan yang terjadi di daerah penelitian atau praktikum.  Responden menjelaskan kepada mahasiswa mengenai ruang lingkup tentang Pertanian dan Peternakan dan cara Pengelolaannya yang ada di Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan.
3.      Mencatat, salah satu penunjang praktek lapang . Pada saat responden satu   persatu mengenai Pertanian dan Peternakan dan mahasiswa mencatat         informasi  yang dianggap penting.
Adapun kesimpulan yang didapat dari ketiga cara yang dilakukan dalam teknik pengumpulan data adalah dapat mengetahui secara jelas tentang keadaan yang terjadi di Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, karena informasi yang didapatkan secara langsung dari pihak pengelolah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
C.      Pengumpulan Data
Adapun pengumpulan data yang dilakukan pada praktek lapang ini adalah
1.    Jenis Hijauan
No.
NAMA
No.
NAMA
1
Brachiaria Hybrid
CV. Mulato
17
Digitari Milanjiana
CV. Jarra
2
Panicum Maximum
People Gunio
18
Panicum SP
3
Arachis Pintoii
ATF 2320
19
Urocloa Pullans
CPI 60147
4
Arachis Pintoii
CV. Amarolla
20
Clitoria Ternatea
CPI 58569
5
Arachis Pintoii
ATF 495
21
Centrosema Plumeri
CPI 58568
6
Stylosanthes Guianensis
Ciat 184
22
Desmanthus Penambulanius
7
Stylosanthes Guianensis
ATF 3308
23
Arachis SP
CV. Maiwa
8
Stylosanthes Hamata
24
Desmodium Rensonii
9
Panicum  Maximum
CV. Rivisdale
25
Codariocalys Giroides
10
Panicum  Insfectum
26
Centrosema Pubescens
CV. Sentro
11
Paspalum Atratum
CV. He-Gene
27
Flamengia Congesta
12
Setaria Spachelata
CV. Spelanda
28
Tripsacum Andersoni
13
Brachiaria Brizantha
CV. Toledo
29
Macroptilium Atropurparium
CV. Siratro
14
Brachiaria Decumbens
CV. Basilik
30
Kelsaphole
15
Brachiaria Humidicola
CV. Tolli
31
Macroptilium Bractiatum
49747
16
Digitaria Milanjiana
CV. Stichland


Sumber: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sulawesi selatan.


2.    Pengolahan Limbah Cair (MOL) dan Padat
Pengolahan pupuk cair yang dilakukan oleh pihak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan adalah dengan menggunakan urin dan mol sebagai bahan baku utama.
Pengolahan pupuk padat  yang dilakukan oleh pihak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan adalah dengan menggunakan feses sebagai bahan baku utama.
3.    Pengolahan  Pakan
Pada pengolahan pakan terdiri dari beberapa macam yaitu sebagai berikut:
a.    Ternak kambing menyukai macam-macam dedaunan sebagai pakan dasar dan pakan tambahan (konsetrat).
b.    Pakan tambahan dapat disusun dari bungkil kelapa, bungkil keledai, dedak, tepung ikan, dan ditambah mineral dan vitamin.
c.    Pemberian hijauan sebaiknya mencapai 3 % berat badan (dasar bahan kering) atau 10 -15 % berat badan (dasar bahan segar).
4.    Sistem Perkandangan
Dalam sistem perkandangan, kandang terdiri dari 2 macam yaitu kandang padat dan kandang panggung. Kekurangan dari kandang padat yaitu pada musim hujan kambing tidak tenang, sedangkan kekurangan dari kandang panggung yaitu terbuat dari kayu sehingga binatang buas bisa masuk dan menyerang.
Bentuk kandang terdiri dari 3 yaitu kandang kelompok dimana kambing itu dikumpulkan, kandang individu dimana anak kambing dan induknya berpisah, dan kandang kawin dimana kedua jenis kambing disatukan.
5.    Biogas
Biogas adalah digester yang berfungsi untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan-bahan organik oleh bakteri. Cara membuatnya yaitu
a)    mencampur kotoran sapi denganair sampai terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1 pada bak penampung sementara. Bentuk lumpur akan memperrmudah pemasukan kedalam digester.
b)   Mengalirkan lumpur ke dalam digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama kran gas yang ada diatas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara yang ada didalam digester terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh.
c)    Melakukan penambahan starter (banyak dijual di pasar) sebanyak 1 liter dan isi rumen segar dari rumah potong hewan sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5 -5,0 m2. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.
d)   Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke- 1 sampai ke 8 karena yang terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari 10 sampai hari ke 14 baru terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH4 54 % dan CO2 27 % maka biogas akan menyala.
e)    Pada hari ke 14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke 14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal..
f)    Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan untuk memasak juga mengurangi pencemaran lingkunga, menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Gambaran Umum Lokasi
Kebun percobaan Gowa terletak di Desa Pabbentengang, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, yaitu sekitar 25 km dari pusat Kota Makassar. Kebun percobaan gowa merupakan pelaksana teknis dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan yang berfungsi sebagai sarana untuk teknologi yang dihasilkan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan, verifikasi teknologi sebelum disebarluaskan kepada pengguna serta sarana untuk melaksanakan kerjasama dengan berbagai pihak guna melakukan pengkajian, pengujian dan pemanfaatan lahan.
Selain melaksanakan mandat yang diberikan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Kebun Percobaan Gowa mempunyai tugas pokok memberdayakan lahan, melakukan budidaya sapi potong dan melakukan budidaya hijauan makanan ternak.
Pada tahun 1985 samapi tahun 1995 kegiatan Balai Penelitian Ternak Bogor yang berlokasi di Sulawesi Selatan diperluas dengan membentuk kantor Sub Balai Penelitian Ternak Gowa yang berlokasi di Desa Pabbentengang, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa dengan areal seluas 99 hektar. Kemudian pada tahun 1996 sampai dengan tahun 2001 Sub Balai Penelitian Tanaman Serat Bajeng memiliki lahan seluas 50 hektar menggabungkan diri dengan Sub Balai Penelitian Ternak Gowa. Nama gabungan kedua kantor tadi menjadi Kantor Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Gowa (IP2TP Gowa) yang menginduk pada kantor Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara. Pada tahun 2001 sampai sekarang kantor IP2TP Gowa berganti nama menjadi kantor Kebun Percobaan Gowa yang menginduk pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Kemudia pada tahun 2005, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan menyerahkan seluruh areal bekas sub Balai Pnelitian Tanaman Serat Bajeng (seluas 50 hektar) kepada Balai Penelitian Tanaman Sereal yang sekarang menjadi Percobaan Bajeng.


DSC03003.JPG
 









Sumber:Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan
Struktur Organisasi BPTP Sulawesi Selatan saat ini berdasarkan surat keputusan Menteri pertanian terdiri dari kepala, Sub Bagian tata usaha dan seksi pelayanan teknik, serta kelompok jabatan fungsional peneliti, penyuluh, teknisi litkayasa dan fungsional lainnya telah dibentuk kelompok fungsional (kelsi).

 






Luas areal kebun percobaan Gowa adalah 961.702 M2. Sesuai dengan sertifikat No. AA. 123809 tanggal 05 april 1990. Sarana dan prasana yang dimiliki kebun percobaan Gowa meliputi tanah, gedung kantor, laboratorium, perpustakaan, green house, kandang sapi, bengkel peralatan, rumah dinas, ternak sapi, traktor, sepeda motor dan kendaraan roda empat.
B.       Pembahasan
1.    Jenis Hijauan
No.
NAMA
No.
NAMA
1
Brachiaria Hybrid
CV. Mulato
17
Digitari Milanjiana
CV. Jarra
2
Panicum Maximum
People Gunio
18
Panicum SP
3
Arachis Pintoii
ATF 2320
19
Urocloa Pullans
CPI 60147
4
Arachis Pintoii
CV. Amarolla
20
Clitoria Ternatea
CPI 58569
5
Arachis Pintoii
ATF 495
21
Centrosema Plumeri
CPI 58568
6
Stylosanthes Guianensis
Ciat 184
22
Desmanthus Penambulanius
7
Stylosanthes Guianensis
ATF 3308
23
Arachis SP
CV. Maiwa
8
Stylosanthes Hamata
24
Desmodium Rensonii
9
Panicum  Maximum
CV. Rivisdale
25
Codariocalys Giroides
10
Panicum  Insfectum
26
Centrosema Pubescens
CV. Sentro
11
Paspalum Atratum
CV. He-Gene
27
Flamengia Congesta
12
Setaria Spachelata
CV. Spelanda
28
Tripsacum Andersoni
13
Brachiaria Brizantha
CV. Toledo
29
Macroptilium Atropurparium
CV. Siratro
14
Brachiaria Decumbens
CV. Basilik
30
Kelsaphole
15
Brachiaria Humidicola
CV. Tolli
31
Macroptilium Bractiatum
49747
16
Digitaria Milanjiana
CV. Stichland


Sumber: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sulawesi selatan.
Rumput merupakan tumbuhan monokotil, mempunyai sifat tumbuh, yaitu membentuk rumpun, tanaman dengan batang merayap pada permukaan, tanaman horisontal dengan merayap tetapi tetap tumbuh ke atas dan rumpun membelit. Rumput dalam pengelompokkannya dibagi menjadi dua yaitu rumput potong dan rumput gembala. Yang termasuk dalam kelompok rumput potongan adalah rumput yang memenuhi persyaratan: memiliki produktivitas yang tinggi, tumbuh tinggi secara vertikal dan banyak anakan seerta responsif terhadap pemupukan.Termasuk kelompok ini antara lain: Pennisetum perpureum, Pannicum maximum, euchlaena mexicana, Setaria sphacelata, Pannicum coloratum dan Sudan grass.
Legum yaitu  tanaman kayu dan herba ciri khas berbentuk bunga kupu-kupu. Hijauan pakan jenis leguminosa (polong-polongan) memiliki sifat yang berbeda dengan rumput-rumputan, jenis legume umumnya kaya akan protein, Ca dan P. Leguminosa memiliki bintil-bintil akar yang berfungsi dalam pensuplai nitrogen, dimana di dalam bintil-bintil akar inilah bakteri bertempat tinggal dan berkembang biak serta melakukan kegiatan fiksasi nitrogen bebas dari udara, itulah sebabnya penanaman campuran merupakan sumber protein dan mineral yang berkadar tinggi bagi ternak, disamping memperbaiki kesuburan tanah. Contohnya: Kaliandra (Calliandra callothyrsus), Siratro (Macroptilium antropurpureum), Gamal (Gliricidia sepium), Lamtoro (Leucaena glauca), Banhinia (Rufescens lam) dan Turi (Sesbania Grandivora).


2.    Pengolahan Limbah Cair (MOL) dan Padat
Pengolahan pupuk cair yang dilakukan oleh pihak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan adalah dengan menggunakan urin dan mol sebagai bahan baku utama.
Pengolahan pupuk padat  yang dilakukan oleh pihak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan adalah dengan menggunakan feses sebagai bahan baku utama.
3.    Pengolahan Pakan
Pada pengolahan pakan terdiri dari beberapa macam yaitu sebagai berikut:
a.    Ternak kambing menyukai macam-macam dedaunan sebagai pakan dasar dan pakan tambahan (konsetrat).
b.    Pakan tambahan dapat disusun dari bungkil kelapa, bungkil keledai, dedak, tepung ikan, dan ditambah mineral dan vitamin.
c.    Pemberian hijauan sebaiknya mencapai 3 % berat badan (dasar bahan kering) atau 10 -15 % berat badan (dasar bahan segar).
4.    Sistem Perkandangan
Dalam sistem perkandangan, kandang terdiri dari 2 macam yaitu kandang padat dan kandang panggung. Kekurangan dari kandang padat yaitu pada musim hujan kambing tidak tenang, sedangkan kekurangan dari kandang panggung yaitu terbuat dari kayu sehingga binatang buas bisa masuk dan menyerang.
Bentuk kandang terdiri dari 3 yaitu kandang kelompok dimana kambing itu dikumpulkan, kandang individu dimana anak kambing dan induknya berpisah, dan kandang kawin dimana kedua jenis kambing disatukan.
5.    Biogas
Biogas adalah digester yang berfungsi untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan-bahan organik oleh bakteri. Cara membuatnya yaitu
a.       mencampur kotoran sapi denganair sampai terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1 pada bak penampung sementara. Bentuk lumpur akan memperrmudah pemasukan kedalam digester.
b.      Mengalirkan lumpur ke dalam digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama kran gas yang ada diatas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara yang ada didalam digester terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh.
c.       Melakukan penambahan starter (banyak dijual di pasar) sebanyak 1 liter dan isi rumen segar dari rumah potong hewan sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5 -5,0 m2. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.
d.      Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke- 1 sampai ke 8 karena yang terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari 10 sampai hari ke 14 baru terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH4 54 % dan CO2 27 % maka biogas akan menyala.
e.       Pada hari ke 14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke 14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal..
f.       Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan untuk memasak juga mengurangi pencemaran lingkunga, menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui.





BAB V
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktek lapang yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1.    untuk mendapatkan hasil yang memuaskan terhadap budi daya tanaman makanan ternak perlu perlakuan pengelolaan yang baik dan cepat untuk mendapatkan pertumbuhan, produksi dan mutu tanaman yang tinggi. Pengelolaan ini mulai dari pemilihan lokasi, pemilihan bibit sebagai bahan penanaman dan pengolahan tanah dan penanaman.
2.    Pelaksanan pemeliharaan diantaranya dengan cara pemberantasan siangan (weeds), pendangiran dan pemupukan ulangan. Siangan yang tumbuh berupa rumput-rumput liar atau tanaman-tanaman penganggu disingkirkan. Pemupukan ulang berarti memberikan kembali pupuk atau zat-zat makan dalam tanah yang hilang pada tanaman agar perkembangannya semakin baik dan juga memperbaiki struktur tanah tersebut.
3.    Ditaburi serbuk bio starter sebanyak 0,6  % secara merata. Ke dalam tumpukan jerami dipercikkan air dengan menggunakan gembor halus agar merata. Setelah selesai mengerjakan pada lapisan jerami/ tumpukan jerami yang pertama, maka diatasnya di hampar kembali jerami setebal 20 cm secara merata dan diperlakukan seperti pada hamparan jerami lapisan yang pertama. Demikian dilakukan terus sampai tersusun 5 lapisan yang masing-masing tebalnya 20 cm.
B.       Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan pada praktek lapang ini adalah adalah sebaiknya pada saat praktek lapang berjalan harus perkelompok supaya semua yang ikut dalam praktek lapang dapat mengetahui semua jenis-jenis rumput yang ada di lokasi tersebut. Dalam praktek lapang juga seharusnya memerlukan waktu yang cukup supaya tidak tergesah-gesah dalam pengambilan legume dan graminae.


DAFTAR PUSTAKA
AAK. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Yogyakarta: Yayasan Kanisius. 1983.
Anonim1. Perusahaan Buli Berdikari. http://buliberdikari2009.com/. 2009. diakses pada tanggal 8  Desember 2013..
Anonim2, Beralih ke Sapi. http://Sapi2010.wordpress.com/. 2010.  Diakses pada tanggal 8 Desember 2012.
Anonim3. Hijauan Pakan Ternak. http://ilmuternakkita.blogspot.com/. 2010. Diakses pada tanggal 8  Desember 2013.
Anonim4. Livestock. http://livestock.com/. 2011. Diakses pada tanggal 8  Desember 2013.
Akoso, B.T.  Kesehatan Sapi. Yogyakarta: Kanisius. 1996. 
Apik.  Jenis Pakan Ternak http://apikdewefppundip2011.wordpress.com/ . 2011. Diakses pada tanggal 8  Desember 2013.
Edo. Hijauan Makanan Ternak. http://ediskoe.blogspot.com/?expref=next-blog. 2012. Diakses pada tanggal 8  Desember 2013.
Indoagro. Hijauan Pakan Ternak. http://indoagrow.wordpress.com/. 2011. Diakses pada tanggal 8 Desember 2012.
Kanisius, A. A. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Yogyakarta: Erlangga. 1983.
Kartadisastra, H.R. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia (Sapi, Kerbau, Domba, Kambing). Yogyakarta: Kanisius.  1997. 
Perpres No. 6 Tahun 2011. Kabupaten Sidrap. http://www.djpk.depkeu.go.id/ regulation/ 27/tahun/2011/bulan/ 02/tanggal/17/id/590/. 2011. Diakses pada tanggal 8 Desember 2013.
Pratomo, B. Cara Menyusun Ransum Ternak. Yogyakarta: Poultry Indonesia 1986. 
Reksohadiprodjo, S. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropic. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE. Universitas Gadjah Mada. 1985.
Siregar, S.B. Ransum Ternak Ruminansia.  Jakarta: PT. Penebar Swadaya. 1994.
Sumarno, B.  Penuntun Hijauan Makanan Ternak. Jawa Tengah: Inspektorat/ Dinas Peternakan Jawa Tengah. 1998.
Suyitman, dkk.  Agrostologi. Padang: Fakultas Peternakan Universitas Andalas. 2003. 
Tillman, A.D., Hartadi, H. Reksohadiprojo, S., Prawirokusumo, S., Lebdosoekojo, S. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 1991.