Selasa, 22 Maret 2016

Transper Embrio (TE)

TRANSFER EMBRIO (TE)
http://bibit.ditjennak.deptan.go.id/upload/data/gambaran_transfer_embrio.jpg
Pada saat ini masih sedikit sekali yang ingin tahu tentang Transfer Embrio (TE) padahal jika merunut dari sejarah yang ada transfer embrio (TE) di Indonesia ini sudah ada sekitar tahun 1980 an yang diawali dengan pemaparan oleh seorang berkebangsaan Amerika di Balai Penelitian Ternak di Ciawi Bogor.  Untuk aplikasi pertama kali di Indonesia di laksanakan di Cicurug Sukabumi dengan menggunakan embrio beku yang berasal dari Amerika Serikat (blog drh.Yudi) sehingga pada akhirnya pada sekitar tahun 1994 didirikanlah Balai Embrio Ternak yang berlokasi di Gunung Salak Bogor yang merupakan pengembangan dari BPT HMT Cisarua.
Jika merunut sejarah yang ada embrio transfer ini dilakukan pada sekitar tahun 1890 oleh seorang yang bernama Walter Heap yang menggunakan kelinci sebagai obyeknya. (Ross Wilson, Maffra Secondary College (1992), Namun Embrio Transfer belum diterapkan secara komersial sampai akhirnya ada hormon FSH (folikel stimullating hormon) tahun 1950 yang pada awalnya dilakukan dengan melakukan pembedahan untuk pelaksanaan flushingnya (panen embrio) dan aplikasi tranfer embrionya.
Prinsip dasar transfer embrio adalah dengan menitipkan embrio yang dihasilkan kepada ternak / indukan lain istilah lainnya hanya meminjam rahim dari ternak resipien.  Transfer Embrio  diawali  dengan penyuntikan hormon reproduksi seperti FSH ke ternak donor dengan tujuan untuk merangsang dan memperbanyak ovulasi (pelepasan sel telur) sehinga didapat embrio dengan jumlah yang lebih dari 1 (satu).  Penyuntikan hormon FSH ini dilakukan selama 4 (empat) hari berturut-turut pagi dan sore hari dengan dosis menurun dan interval penyuntikan setiap harinya 8 – 12 jam dan pada hari ke 3 ditambahkan dengan penyuntikan PGF2α dengan tujuan supaya donor tersebut berahi.  Inseminasi Buatan dilakukan pada hari kedua-ketiga (48-72 jam) setelah pemberian PGF2α atau setelah donor tersebut menunjukkan tanda-tanda berahi dan IB dilaksanakan sebanyak 3 kali dengan interval inseminasi setiap 12 jam.  Flushing (Panen Embrio) dilakukan pada hari ke 7 setelah berahi atau setelah IB pertama kali.  Tahapan dalam pelaksanaan flushing adalah dengan menyiapkan media flushing seperti Lactated Ringer/PBS,  Calf serum 1%, Antibiotik dan anastesia lokal (Lidocain HCl 2%) sedangkan peralatan yang digunakan cervix expanderfolley catheter, selang siliconstilet, botol penampungan media, jarum suntik, spuit, gunting, glove dan gun spul.
Langkah berikutnya adalah dengan menempatkan ternak yang akan di flushing ke kandang jepit dilanjutkan dengan melakukan anastesi epidural lalu melakukan  pembersihan rektum dan memasukan expander dengan tujuan untuk membuka celah cervix diteruskan dengan memasukan folley catheter diarah bisa ke arah kanan atau kiri terlebih dahulu dan memberikan balon udara dengan tujuan untuk membendung cairan flushing yang terdapat embrio langkah berikutnya adalah melakukan pemanenan embrio dengan cara pembilasan  lactat ringer dan dilakukan berulang ulang sampai habis.  Setelah pelaksanaan flushing dilakukan penyuntikan PGF2α yang bertujuan untuk meluruhkan CL yang ada sehingga mempercepat timbulnya berahi lagi dan uterus dibilas dengan iodine povidon bertujuan untuk mencegah infeksi dan membersihkan saluran reproduksinya.
Tahapan selanjutnya adalah penilaian kualitas embrio yang dikategorikan  menjadi Grade 1. Excellen or Good; Grade 2. Fair; Grade 3. Poor dan Grade 4. Dead or degeneratingGrade 1. Excellen atau Good mempunyai cirri-ciri :
Embrio simetris, bulat (spherical) dengan blastomere yang seragam baik pada ukuran, warna maupun kepadatannya.
Memiliki bentuk yang konsisten dengan  fase perkembangan embrio. Bentuk irregular relative minor
Memiliki Minimal 85% material selular dalam keadaan intact dan massa embrio hidup.  
Zona pelusida bulat, mulus, tidak menempel pada cawan petri atau pipet.
 Kualitas  2: Fair
Bentuk tidak teratur (irregular), kategori  sedang dalam hal massa embrio, ukuran, warna dan kepadatan sel-sel individual.
Sel intact dan massa embrio hidup minimal sebanyak 50%
 Kualitas  3: Poor
Didominasi bentuk tidak teratur pada bentuk massa embrio, ukuran, warna, dan kepadatan individu sel. 
Sel intact dan massa embrio hidup minimal sebanyak 25%
 Kualitas  4: Dead or degenerating
Embrio degenerasi
Oosit
embrio 1 sel: tidak hidup/mati.
Setelah dilakukan evaluasi embrio tahap selanjutnya embrio dibekukan melalui proses pembekuan dan kemudian dapat disimpan pada nitrogen cair dengan suhu -196 oC atau dapat langsung di aplikasikan (ditransferkan) pada sapi resipien Transfer embrio baik yang beku ataupun segar  mempunyai beberapa keuntungan diantaranya mendapatkan keturunan yang terbaik dari ternak yang mempunyai keunggulan secara genetic, jumlah keturunan yang didapat lebih dari satu jika dibandingkan  secara alami ternak hanya mendapatkan keturunan satu ekor pertahunnya, diperoleh keturunan sifat dari kedua tetuanya, memperpendek interval generasi sehingga perbaikan mutu genetik ternak lebih cepat diperoleh, bahkan bisa dibuat induksi untuk kelahiran kembar (ganda). Namun transfer embrio juga mempunyai beberapa kelemahan diantaranya membutuhkan biaya yang sangat besar, ketersediaan hormone reproduksi yang masih tergantung dari luar negeri karena belum banyak diproduksi di dalam negeri.
Transfer embrio dilakukan pada hari ketujuh setelah berahi dan  dilakukan pemeriksaan terhadap ternak resipien  melalui palpasi rektal dengan tujuan mengecek ada tidaknya CL (Corpus Lutheum) adanya CL merupakan salah satu indikator bahwa ternak tersebut mempunyai kandungan hormon progesteron yang tinggi yang berperan dalam mempertahankan kebuntingan.
Ada beberapa kesalah fahaman yang sering terjadi pada saat pelaksanaan transfer embrio ini dilapangan diantaranya adalah :

Adanya anggapan bahwa dengan tranfer embrio jaminan 100% bunting padahal sebenarnya tidak seperti itu hal tersebut tergantung dari beberapa hal diantaranya : Kondisi ternak resipiennya jika kondisinya tidak bagus maka kemungkinan tingkat keberhasilannya kecil sekali, Asupan nutrisi yang diberikan jika kwaliatas nutrisi yang diberikan kurang bagus juga akan mempengaruhi tingkat keberhasilan transfer embrio tersebut, manejeman pemeliharaan, kultur pemeliharaansering ditemui sapi yang telah dilakukan TE banyak dipekerjakan di ladang/sawah hal tersebut sering terjadi di tingkat petani peternak;

Tidak ada komentar:

Posting Komentar