LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA NUTRISI DASAR
“PROTEIN”
Disusun oleh:
Nama :
ASRUL
Nim :
60700112042
Kelompok : IV (Empat)
Jurusan : ILMU PETERNAKAN
Asisten : EKA JUNIARTI. A
LABORATORIUM PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN
TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
ALAUDDIN
MAKASSAR
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Lengkap Praktikum Biokimia Nutrisi Dasar, yang
berjudul “Percobaan Protein” disusun oleh:
Nama :
Asrul
Nim :
60700112042
Kelompok : IV (Empat)
Jurusan :
Ilmu Peternakan
Telah diperiksa dengan teliti oleh asisten dan koordinator
asisten maka dinyatakan diterima sebagai laporan lengkap.
Samata-Gowa, Desember 2013
Koordinator Asisten Asisten
( Nurwahidah.
J )
(
Eka Juniarti. A )
NIM : 60700110025 NIM : 607001100
Mengetahui
Tanggal Pengesahan :
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot
molekul yang sangat bervariasi, dari 5000 hingga lebih dari satu juta.
Disamping berat molekul yang berbeda-beda, protein mempunyai sifat yang
berbeda-beda pula. Ada protein yang mudah larut dalam air, tetapi ada juga yang
tidak larut dalam air. Rambut dan kuku adalah suatu jenis protein yan tidak
larut dalam air dan tidak mudah bereaksi, sedangkan protein yang dalam bagian
putih telur mudah larut dalam air dan mudah bereaksi (Anna P, 1994).
Protein memegang peranan penting atau komponen utama sel
hewan atau manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka
protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam
pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Dalam kehidupan kita, protein memegang
peranan yang penting pula. Suatu protein berfungsi sebagai biokatalis,
pengganti sel-sel yang rusak atau tua, sebagai zat pembangun dan lain-lain
(Robert K, 2003).
Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari
hewan ataupun tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan biasa disebut dengan
protein hewani sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati.
Beberapa makanan yang berfungsi sebagai sumber protein adalah daging, telur,
susu, ikan, beras, kacang, kedelai, gandum, jagung, buah-buahan, dan
lain-lain. Salah satu sumber protein yang di akan diuji dalam laboratorium
adalah albumin atau putih telur. Telur merupakan bahan makanan yang umum
dikonsumsi oleh masyarakat yang memiliki kadar protein yang cukup tinggi.
Selain itu putih telur memiliki fungsi yang cukup penting diketahui oleh
masyarakat yaitu sebagai antidotum atau penawar racun apabila orang keracunan
logam berat (Anonim, 2013).
B.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum yang
dilaksanakan adalah sebagai berikut
1. Membuktikan adanya
melekul-melekul peptida dari protein.
2. Membuktikan adanya asam
amino bebas dalam protein.
3. Membuktikan adanya asam
amino yang mengandung fenol yaitu terosi atau derivatnya.
4. Membuktikan adanya asam
amino triosin, triptofan dan fenilalanin yang terdapat dalam protein.
5. Mengetahui larutan garam
alkali dan garam divalent konsentrasi tinggi terhadap sifat kelarutan protein.
6. Mengetahui pengaruh
logam berat dan asam organic terhadap sifat kelarutan protein.
7.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Protein berasal dari bahasa Yunani protos, yang
berarti “yang paling utama”. Protein merupakan senyawa organik kompleks
berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino
yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein
mengandung komposisi rata-rata unsur kimia yaitu karbon 50%, hidrogen 7%,
oksigen 23%, nitrogen 26%, dan kadang kala sulfur 0-3% serta fosfor 0-3%.
Protein merupakan komponen utama sel hewan dan manusia. Proses kimia dalam
tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang
berfungsi sebagai biokatalisator. Disamping itu hemoglobin dalam butir-butir
darah atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru
ke seluruh bagian tubuh, adalah salah satu jenis protein. Terdapat ikatan kimia
lain dalam protein yaitu ikatan hidrogen, ikatan hidrofob, ikatan ion/ikatan
elektrostatik, dan ikatan Van Der Waals. Protein dapat tidak stabil terhadap
beberapa faktor yaitu pH, radiasi, suhu, medium pelarut organik, dan detergen (Anonim, 2013).
Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot
molekul yang sangat bervariasi, dari 5000 hingga lebih dari satu juta.
Disamping berat molekul yang berbeda-beda, protein mempunyai sifat yang berbeda-beda
pula. Ada protein yang mudah larut dalam air, tetapi ada juga yang tidak larut
dalam air. Rambut dan kuku adalah suatu jenis protein yan tidak larut dalam air
dan tidak mudah bereaksi, sedangkan protein yang dalam bagian putih telur mudah
larut dalam air dan mudah bereaksi (Anna P, 1994).
Meskipun tidak ada sistem klasifikasi yang biasa diterima secara
universal, protein dapat diklasifikasikan berdasarkan kelarutan, bentuk, fungsi
biologi serta struktur tiga dimensinya. Setelah system dengan pemakaian
terbatas pada ilmu biokimia klinik membedakan “albumin”, “globulin”, “histon”,
dan lain-lain. Berdasarkan kelarutannya dalam larutan garam akueso. Protein
dapat pula diklasiikasikan berdasarkan bentuk keseluruhannya. Jadi, protein
globular (missal, banyak enzim) mempunyai rantai polipeptida yang berpilin
serta terlipat secara padat rasionya tidak lebih dari 3-4. Protein pibrosa
memiliki rasio aksial lebih besar dari 10 (Robert K, 2003).
Menurut Jan Koolman-Klaus (2001), Fungsi dari protein dapat dibagi menjadi
beberapa kelompok berikut ini, yaitu:
1. Membentuk dan
empertahankan struktur.
Protein struktur
bertanggung jawab terhadap stabilitas mekanik dari organ dan jaringan.
2. Transport
Protein transport
yang terkenal adalah hemoglobin dari eritrosit yang sangat diperlukan untuk
mengangkut oksigen dan karbondioksida antara paru-paru dan jaringan. Di dalam
plasma darah juga ditemukan sejumlah protein dengan fungsi transport. Albumin
serum mengangkut asam lemak bebas dan bilirubin. Kanal ion dan protein membrane
integral lainnya mengatur transport dari ion-ion dan metabolit melalui membran
biologik.
3. Perlindungan
dan pertahanan.
Sistem imun
melindungi organisme dari penyebab penyakit dan substansi yang asing bagi
tubuh. Contohnya ialah imunoglobulin G sebagai komponen yang penting.
4. Pengendali dan
pengatur.
Pada rantai
sinyal biokimiawi protein-protein bekerja sebagai pembawa sinyal maupun sebagai
reseptor hormon. Sebagi contoh adalah kompleks antara hormon insulin dan
reseptor insulin. Protein yang berikatan dengan DNA mempunyai peranan yang
menentukan pada regulasi metabolisme zat-zat antara diferensiasi suatu jaringan
dan organ.
5. Katalisator.
Enzim merupakan
kelompok yang sangat besar dengan protein yang beribu-ribu. Enzim yan kecil
mempunyai berat molekul sekitar 10-15 kDa, yang sedang sekitar 100 kDa, dan
yang terdiri dari 12 subunit mencapai ukuran lebih dari 500 kDa.
6. Pergerakan.
Aktin dan myosin
bersama-sama bertanggung jawab pada kontraksi otot dan peristiwa gerak lainnya.
7. Penyimpanan.
Pada benih-benih
tumbuh-tumbuhan dijumpai protein cadangan khusus yang juga penting untuk
kebutuhan makanan manusia.
Sangat luar biasa pula bahwa semua protein di dalam semua makhluk, tanpa
memandang fungsi dan aktivitas biologinya, dibangun oleh susunan dasar yang
sama, yaitu 20 asam amino baku, yang molekulnya sendiri tidak mempunyai
aktivitas biologi. Lalu apakah yang memberikan aktifitas enzimnya, protein lain
aktivitas hormon, dan lain lagi aktivitas antibody? Bagaimana kimiawi
protein-protein ini berbeda? Secara cukup sederhana, protein berbeda satu sama
lain karena masing-masing mempunyai deret unit asam amino sendiri-sendiri. Asam
amino merupakan abjad struktur protein, karena molekul-molekul ini dapat
disusun dalam jumlah deret yang hamper tidak terbatas, untuk membuat berbagai
porotein dalam jumlah yang hamper tidak terbatas pula (Albert L, 1982).
Berdasarkan fungsinya, protein dapat digolongkan dalam bentuk enzim
(ribonuklease, tripsin), protein transport (hemoglobin, albumin serum,
mioglobin, lipoprotein), protein nutrient dan penyimpanan (gliadin = gandum,
ovalbumin = telur, kasein = susu, feritin), protein kontraktil (aktin, myosin,
tubulin, dynein), protein structural (keratin, fibroin, kolagen, elastin,
proteoglikan), protein pelindung (antibody, fibrinogen, trombin, toksin
botuluni, toksin difteri, bias ular, risin), protein pengatur (insulin, hormone
tumbuh, kortikotropin, repressor). Atas dasar kelarutannya dalam zat pelarut
tertentu, protein dibagi : albumin, globulin, dan glutelin. Protein dapat juga
dikelompokkan berdasarkan atas jenis utama konformasinya. Berdasarkan
penggolongan ini terdapat 2 kelas utama protein, yaitu protein fibrosa (serat)
dan protein globular. Protein serat mempunyai konformasi yang terikat saling
secara lateral oleh beberapa jenis ikatan. Protein konformasi ini sering
dimanfaatkan sebagai elemen struktural jaringan karena mempunyai sifat
fisik yang kuat dan tidak larut dalam air. Contoh protein serat adalah kolagen,
alfa-keratin, dan sutera. Protein globular merupakan protein biologis aktif
yang umum dalam sistem kehidupan. Protein ini berbentuk bulat, kompak dan larut
dalam air. Protein globular biasanya memiliki struktur tersier dan kuartener,
contohnya enzim dan antibody ( Abdul H, 2001).
Menurut Panjita, H (2006), Dilihat dari aspek kepentingannya di dalam
tubuh, asam amino alfa diklasifikasikan ke dalam:
1. Asam amino
alfa essensial, yaitu asam amino alfa yang sangat diperlukan keberadaanya dalam
tubuh tetapi tubuh tidak dapat memsintesis asam amino alfa tersebut.
2. Asam amino
alfa semi-essensial, yaitu asam amino alfa walau disentesis dalam tubuh namun
jumlahnya tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh terhadap asam amino alfa
tersebut.
3. Asam amino
alfa yang non-essensial, yaitu asam amino alfa yang diperlukan oleh tubuh serta
disentesis dalam tubuh dalam jumlah yang cukup memenuhi kebutuhan tubuh
terhadap asam amino alfa tersebut.
Protein merupakan polimer dari sekitar 21 asam amino yang berlainan
disambungkan dengan ikatan peptida. Karena keragaman rantai samping yang
terbentuk jika asam-asam amino tersebut disambung-sambungkan, protein yang
berbeda dapat mempunyai sifat kimia dan struktur sekunder dan tersier yang
berbeda pula. Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi
tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai pambakar dalam tubuh juga
berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-asam
amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak
maupun karbohidrat. Protein merupakan kumpulan dari beberapa asam amino atau
lebih yang dihubungkan dengan suatu ikatan yaitu ikatan peptida. Sifat-sifat
asam amino adalah : tak berwarna, larut dalam air, tak larut dalam alkohol atau
ether, dapat membentuk garam kompleks dengan logam berat (misalnya asam amino
dengan Cu2+ yang membentuk senyawa kompleks berwarna biru tua)
(Anonim, 2013).
Pengadaan dan penyediaan asam amino menjadi sangat penting oleh karena
senyawa tersebut dipergunakan sebagai satuan penyusun protein. Kemampuan jasad
hidup untuk membentuk asam amino tidak sama. Misalnya tanaman tingkat tinggi
mampu membentuk asam amino yang diperlukan bagi penyusun protein tubuhnya.
Sebaliknya hewan tingkat tinggi kemampuannya terbatas. Golongan jasad hidup ini
tidak dapat mensintesa asam amino essensial. Asam amino tersebut harus
disediakan dari luar (Soeharsono M, 2000).
Dari struktur umumnya, asam amino mempunyai dua gugus pada tiap
molekulnya, yaitu gugus amino dan gugus karboksil, yang digambarkan sebagai
struktur ion dipolar. Gugus amino dan gugus karboksil pada asam amino
menunjukkan sifat-sifat spesifiknya. Karena asam amino mengandung kedua gugus
tersebut, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang yang mencirikan
gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalah reaksi asetilasi dan esterifikasi. Asam amino
juga bersifat amfoter, yaitu dapat bersifat sebagai asam dan memberikan proton
kepada basa kuat, atau dapat bersifat sebagai basa dan menerima proton dari
basa kuat (Anonim, 2013).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu Dan Tempat
Adapun waktu dan tempat
dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
Hari/ Tanggal : Senin, 02 Desember 2013
Pukul : 08.00 – 10.00 WITA
Tempa : Laboratorium Peternakan Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar.
B.
Alat Dan Bahan
1.
Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah bunsen 1 buah, gegep 1
buah, korek api, pipet skala 4 buah, rak tabung 1 buah, dan tabung reaksi 12
buah.
2.
Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah alkohol 96%, aquades,
larutan AgNO3, larutan CuSO4 0,5%, larutan HNO3
pekat, larutan Ninhidrine, larutan protein (telur ayam ras, ayam kampung,
itik), NaOH 10%, NaOH 40%, reagens Millon, reagent Robert dan pb-asetat.
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja
yang dapat dilaksanakan adalah
1.
Reaksi Biurey
a.
Menyediakan 3 buah tabung reaksi
b.
Memasukkan larutan protein (telur ayam
ras, telur ayam kampung, telur itik) sebanyak 5 mL ke dalam tabung reaksi, lalu
menambahkan NaOH 10% dalam volume yang sama dan mencampurnya
c.
Meneteskan perlahan-lahan CuSO4
0,5% hingga timbul warna tertentu
d.
Mengamati perubahan warna yang terjadi
2.
Reaksi Ninhidrine
a.
Menyiapkan 3 buah tabung reaksi
b.
Memasukkan 3 mL larutan protein (telur
ayam ras, telur ayam kampung, telur itik) ke dalam tabung reaksi tersebut
c.
Menambahkan 5 tetes larutan Ninhidrine
0,1%
d.
Memanaskan larutan tersebut hingga
mendidih selama 2 menit, kemudian didinginkan kembali
e.
Mengamati perubahan yang terjadi
3.
Percobaan Millon
a.
Menyiapkan 3 buah tabung reaksi
b.
Memasukkan 2 mL larutan protein (telur
ayam ras, telur ayam kampung, telur itik) ke dalam tabung reaksi tersebut
c.
Menambahkan 2-3 tetes reagens Millon
pada masing-masing tabung reaksi
d.
Mengamati perubahan warna atau endapan
yang terjadi
4.
Reaksi Xanthoprotein
a.
Menyiapkan 3 buah tabung reaksi
b.
Memasukkan 2 mL larutan protein (telur
ayam ras, telur ayam kampung, telur itik) ke dalam tabung reaksi tersebut
c.
Menambahkan 1 mL HNO3
pekat, lalu memanaskan
d.
Memperhatikan warna yang timbul
e.
Meneteskan NaOH 40% ke dalam larutan
tersebut setelah didinginkan
f.
Memperhatikan perubahan warna yang
timbul
5.
Presipitasi Protein
1.
Dengan Alkohol
a.
Memipet putih telur (telur ayam ras,
telur ayam kampung, telur itik) yang
diencerkan 3 kali sebanyak 1 mL, kemudian memasukkan ke dalam tabung reaksi
b.
Menambahkan alkohol 96% tetes demi
tetes pada setiap larutan tadi hingga membentuk koagulan
c.
Menambahkan segera aquades ke dalam
tabung reaksi tadi sampai separuhnya
d.
Mengocok kuat-kuat sampai koagulan
larut kembali
e.
Mengulangi percobaan a-b, kemudian
mendiamkan tabung itu selama 1 jam
f.
Menambahkan aquades sampai setengahnya
dan kocok kuat-kuat
g.
Mengamati perubahan yang terjadi
6.
Dengan Asam dan Alkali Kuat
a.
Percobaan dengan Cincin dari Heller
1)
Memasukkan 2 mL HNO3 pekat
secara perlahan-lahan ke dalam tabung reaksi yang terisi larutan protein yang
tersedia.
2)
mengamati perubahan yang terjadi.
b.
Reaksi dengan NaOH 40%
1)
Memasukkan 2 mL NaOH pekat secara
perlahan-lahan ke dalam tabung reaksi yang terisi larutan protein yang
tersedia.
2)
mengamati perubahan yang terjadi.
7.
Dengan logam-logam berat
a.
Reaksi dengan HgCl2 5%
a)
Menyediakan tabung reaksi
b)
mengisi dengan larutan protein yang
tersedia (telur ayam ras, telur ayam kampung, telur itik) sebanyak 2 mL ke
dalam tiap tabung
c)
memberikan 5 tetes larutan HgCl2
5%, ke dalam masing-masing tabung reaksi.
d)
mengamati perubahan yang terjadi.
b.
Reaksi dengan AgNO3 2%
a)
Menyediakan tabung reaksi
b)
mengisi dengan larutan protein yang
tersedia (telur ayam ras, telur ayam kampung, telur itik) sebanyak 2 mL ke
dalam tiap tabung
c)
memberikan 5 tetes larutan AgNO3
2% ke dalam masing-masing tabung reaksi.
d)
mengamati perubahan yang terjadi.
c.
Reaksi dengan Pb-asetat
a)
Menyediakan tabung reaksi
b)
mengisi dengan larutan protein yang
tersedia (telur ayam ras, telur ayam kampung, telur itik) sebanyak 2 mL ke
dalam tiap tabung
c)
memberikan 5 tetes larutan Pb-asetat
2% ke dalam masing-masing tabung reaksi.
d)
mengamati perubahan yang terjadi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan
yang didapat dari praktikum ini adalah
No
|
Hasil
pengamatan
|
Keterangan
|
1.
2.
|
Reaksi
Biurey
a.
Sebelum
1 2 3
b.
Setelah pencampuran NaOH dan CuSO4
1 2 3
Reaksi
Ninhidrine
a.
Sebelum pencampuran
1 2 3
b.
Setelah pencampuran Ninhidrine dan di panaskan
1 2 3
|
a.
Sebelum
Ø
T1 (Telur ayam ras) = kuning
Ø
T2 (Telur ayam kampung) = kuning
Ø
T3 (Telur itik) = putih bening
b.
Setelah pencampuran
Ø
T1 (Telur ayam ras) = permukaan berwarna ungu dan bagian dasar berwarna bening.
Ø
T2 (Telur ayam kampung) = permukaan berwarna ungu dan bagian dasae berwarna
kuning keemasan.
Ø
T3 (Telur itik) = Bagian permukaan berwarna ungu dan berbuih, dan bagian
dasar berwarna kuning cerah.
a.
Sebelum pencampuran
Ø
T1 (Telur ayam ras) = kuning
Ø
T2 (Telur ayam kampung) = kuning
Ø
T3 (Telur itik) = putih bening
b.
Setelah pencampuran
Ø
T1 (Telur ayam ras) = ping, dan koagulan putih kental
Ø
T2 (Telur ayam kampung) = ping, dan koaguln putih kental
Ø
T3 (Telur itik) = ping, dan koagulan putih kental
|
3.
4.
5.
.
6.
7.
|
a.
1 2 3
b.
Setelah dicampur reagens Millon
1 2 3
Reaksi Xanthoprotein
a.
1 2 3
b.
1 2 3
c.
Setelah dipanaskan
1 2 3
Presipitasi
Protein
Sebelum pencampuran
1 2 3
Dengan Alkohol
Setelah dicampur
alkohol
1 2 3
Dengan asam alkali kuat
a.
Percobaan Cincin dari Heller
·
Setelah dicampur HNO3 pekat
1
2 3
b.
Reaksi robert
·
Setelah dicampur dengan HNO3
1 2 3
c.
Reaksi NaOH 40%
Setelah pencampuran
1 2 3
Reaksi dengan Logam Berat
· Setelah dicampur
dengan HgCl2
1 2 3
·
Setelah dicampur dengan AgNO3
1 2 3
· Setelah dicampur
dengan Pb-asetat
1 2 3
|
a.
Sebelum pencampuran
Ø
T1 (Telur ayam ras) = kuning T2
(Telur ayam kampung) = kuning
Ø
T3 (Telur itik) = putih bening
b.
Setelah pencampuran
Ø
T1 (Telur ayam ras) = terdapat
gumpalan warna putih
Ø
T2 (Telur ayam kampung) = terdapat
gumpalan warna putih
Ø
T3 (Telur itik) = terdapat gumpalan
warna putih
a.
Sebelum pencampuran
Ø
T1 (Telur ayam ras) = kuning
Ø
T2 (Telur ayam kampung) = kuning
Ø
T3 (Telur itik) = putih bening
b.
Setelah dicampur HNO3
Ø
T1 (Telur ayam ras) = terdapat warna kuning dan putih koagulan
Ø
T2 (Telur ayam kampung) = terdapat warna kuning dan putih koagulan
Ø
T3 (Telur itik) = terdapat gumpalan
warna putih koagulan dan kuning bintik-bintik
c.
Setelah dipanaskan
Ø
T1 (Telur ayam ras) = warna orange dan koagulan berwarna kuning cerah
Ø
T2 (Telur ayam kampung) = warna
kuning dan koagulan
Ø
T3 (Telur itik) = warna orange dan koagulan ke atas
Sebelum pencampuran
Ø
T1 (Telur ayam ras) = kuning
Ø
T2 (Telur ayam kampung) = kuning
Ø
T3 (Telur itik) = putih bening
Setelah dicampur alkohol
Ø
T1 (Telur ayam ras) = warna bening
berbintik-bintik
Ø
T2 (Telur ayam kampung) = warna
bening berbintik-bintik
Ø
T3 (Telur itik) = warna bening
berbintik-bintik
Setelah dicampur
dengan NaOH
Ø
T1 (Telur ayam ras) = warna putih
kekuningan dan terdapat koagulasi di
tengahnya
Ø
T2 (Telur ayam kampung) = warna
putih kekuningan dan terdapat koagulasi di
tengahnya
Ø
T3 (Telur itik) = warna putih
kekuningan dan terdapat koagulasi di
tengahnya
Setelah dicampurkan
1.
T1 (ayam ras)= kuning cerah
dan koagulan di atas
2.
T2 (ayam kampung)= kunong
cerah dan koagulan di atas
3.
T3 (itik)= kuning cerah dan
koagulan di atas
Pada semua atau masing-masing larutan terlihat koagulan
terdapat buih dan berwarna bening.
Setelah dicampur
dengan HgCl2
Ø
T1 (Telur ayam ras) =
kuning, terdapat koagulan putih
Ø
T2 (Telur ayam kampung) = kuning, terdapat koagulan putih
Ø
T3 (Telur itik) = putih, terdapat gumpalan putih.
Setelah dicampur AgNO3
Ø
T1 (Telur ayam ras) = warna kuning
keruh, terdapat koagulan
putih
Ø
T2 (Telur ayam kampung) = warna
kuning keruh, terdapat koagulan
putih
Ø
T3 (Telur itik) = warna putih, terdapat koagulan putih
Setelah dicampur dengan Pb-asetat
Ø
T1 (Telur ayam ras) = warna kuning, koagulan beserta gelembung
Ø
T2 (Telur ayam kampung) = warna kuning, koagulan beserta gelembung
Ø
T3 (Telur itik) = warna putih, terdapat koagulan serta gelembung.
|
Sumber: Laboratorium Ilmu Peternakan Fakultas Sains
dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar.
B.
Pembahasan
Adapun pembahasan
dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Reaksi Biurey
Biurey adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada
pemanasan dua mulekul urea. Ion Cu2+ dari preaksi Biurey dalam
suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatn peptida yang
menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. Reaksi
ini positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk
asam amino bebas atau dipeptida (Albert
L, 1982)
Pada percobaan
yang dilakukan, larutan protein yang akan diuji dibuat alkalis dengan
menggunakan NaOH menghasilkan warna bening kental. Kemudian ditambahkan dengan
larutan CuSO4 encer, maka menghasilkan warna keunguan. Hal tersebut
menyatakan bahwa larutan protein yang diuji
memiliki ikatan peptida atau molekul-molekul peptida dari protein yang
ditunjukkan dengan adanya cincin ungu.
2.
Reaksi Ninhidrine
Asam amino bebas
adalah asam amino dimana gugus aminonya tidak terikat. Pada praktikum diatas,
albumin membentuk warna ungu karena dapat bereaksi dengan Ninhidrin. Hal ini
menandakan zat uji tersebut mempunyai gugus asam amino bebas. Semua asam amino, atau peptida yang mengandung asam-α
amino bebas akan bereaksi dengan Ninhidrin membentuk senyawa kompleks berwarna
biru-ungu (Albert L, 1982).
Semakin banyak
Ninhidrin pada zat uji yang dapat bereaksi, semakin pekat warnanya (warna ungu)
dan menandakan banyak mengandung peptida serta semakin sedikit Ninhidrin pada
zat uji yang bereaksi, maka warnanya semakin mendekati merah muda dan
menandakan bahwa zat tersebut sedikit mengandung peptida.
3.
Percobaan Millon
Reaksi uji Millon untuk tirosin. Reagen Millon
adalah larutan asam nitrat yang mangandung raksa (I) nitrat dan raksa (II)
nitrat. Bila reagen Millon dicampurkan dengan larutan yang mengandung protein
akan terbentuk endapan putih yang akan berubah merah bila dipanaskan. Prinsip
dari uji Millon adalah pembentukan garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi.
Tirosin merupakan asam amino yang mempunyai molekul fenol pada gugus R-nya,
yang akan membentuk garam merkuri dengan pereaksi Millon (Albert L, 1982).
Pada percobaan,
sebelum penambahan larutan reagen Millon, tidak terdapat endapan dan tidak
terjadi perubahan warna. Setelah penambahan warna larutan menjadi putih keruh
dan ada gumpalan berwarna kuning putih. Fenol dalam hal ini digunakan sebagai
bahan percobaan karena tirosin memiliki molekul fenol pada gugus R-nya. Uji
terhadap fenol negatif, walaupun secara teori tidak. Alasan yang mungkin untuk
hal ini adalah kesalahan praktikan dalam bekerja.
4.
Reaksi Xanthoprotein
Xanthoprotein bertujuan untuk mengetahui adanya gugus
aromatik asam amino yang memiliki gugus aromatik (benzene) berupa asam amino
tirosin, triptofan dan fenilalanin yang ditunjukkan dengan adanya warna kuning.
Pada uji ini terbentuk warna kuning yang merupakan indikator adanya asam
amino-asam amino tersebut. (Albert L, 1982)
Pada hasil percobaan, tabung yang ditambah dengan HNO3,
warna larutan menjadi berwarna kuning, dan setelah dipanaskan warnanya putih
dan kuning. Setelah didinginkan, larutan protein tersebut ditetesi lagi dengan
NaOH dan menghasilkan warna kuning serta terdapat gumpalan (koagulan). Pada praktikum di atas, hasil positif
pada zat uji albumin mengindikasikan terdapat inti benzena, yaitu dengan
indikasi terbentuknya lapisan berwarna kuning.
2.
Presipitasi Protein
Presipitasi protein adalah pengendapan
yang terjadi karena penggumpalan yang parsial. Presipitasi protein disebabkan oleh
berkurangnya kelarutan suatu protein (perubahan fisik) yang terjadi karena
perubahan kimia. Seperti halnya denaturasi protein, presipitasi protein juga
disebabkan oleh faktor kimia dan fisika. Semua faktor yang dapat menimbulkan
denaturasi protein, juga dapat menyebabkan perubahan kelarutan protein.
Presipitasi terjadi akibat terganggunya
kestabilan koloid protein yang disebabkan oleh menurunnya muatan elektrostatik
protein sehingga gaya gravitasi akan lebih dominan dibandingkan gaya tolak-menolak molekul. Protein akan mengalami
presipitasi bila bereaksi dengan ion logam (Albert L, 1982).
a.
Presipitasi dengan Alkohol
Pada hasil percobaan,
masing-masing larutan protein yang diamati sebelum pencampuran alkohol berwarna
bening dan setelah dicampur dengan alkohol, warna dari larutan tersebut tetap
bening tetapi terdapat endapan/gumpalan (berbintik-bintik).
b.
Dengan Asam dan Alkali Kuat
Pada percobaan cincin dari Heller, larutan protein (telur
ayam ras, kampung dan itik) sebelum pencampuran masing-masing berwarna kuning
emas dan berbusa, kuning putih dan berbusa serta bening dan berbusa. Setelah
dicampur dengan reagens HNO3 pekat, maka masing-masing larutan
protein tersebut berubah menjadi warna kuning serta terdapat endapan/koagulan.
Pada percobaan dengan NaOH, larutan protein (telur ayam
ras, kampung dan itik) sebelum pencampuran masing-masing berwarna kuning emas
dan berbusa, kuning putih dan berbusa serta bening dan berbusa. Setelah
dicampur dengan reagens NaOH, masing-masing larutan berwarna putih kekuningan
dan terdapat jel di tengahnya.
Pada percobaan dengan logam-logam berat, larutan protein
(telur ayam ras, kampung dan itik) sebelum pencampuran masing-masing berwarna
kuning emas dan berbusa, kuning putih dan berbusa serta bening dan berbusa.
Setelah pencampuran dengan HgCl2 berwarna abu-abu dan terdapat
gumpalan putih, pencampuran dengan AgNO3 berwarna kuning keruh dan
terdapat gumpalan putih, serta pencampuran dengan Pb-asetat menghasilkan warna
krem dan terdapat gumpalan putih.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari
hasil praktikum ini adalah seabagai berikut :
1.
Pada percobaan Biurey, larutan yang
diuji menghasilkan warna keunguan. Hal tersebut menyatakan bahwa larutan
protein yang diuji memiliki ikatan
peptida atau molekul-molekul peptida dari protein yang ditunjukkan dengan
adanya cincin ungu.
2.
Pada percobaan Ninhidrine, albumin
membentuk warna ungu karena dapat bereaksi dengan Ninhidrin. Hal ini menandakan
zat uji tersebut mempunyai gugus asam amino bebas. Semua asam amino, atau peptida yang mengandung asam-α amino bebas akan
bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa kompleks berwarna biru-ungu.
3.
Pada percobaan Millon, Setelah
penambahan reagens warna larutan menjadi putih keruh dan ada gumpalan berwarna
kuning putih. Hal tersebut menunjukkan adanya gugus tirosin.
4.
Pada percobaan Xanthoprotein, hasil
positif pada zat uji albumin mengindikasikan terdapat inti benzena (tirosin,
triptofan dan fenilalanin), yaitu dengan indikasi terbentuknya lapisan berwarna
kuning.
5.
Pada percobaan presipitasi protein,
dilakukan uji dengan alkohol, cincin dari Heller, reaksi NaOH dan reaksi dengan
logam-logam berat (HgCl2, AgNO3, Pb-asetat). Hasil
menunjukkan bahwa semua larutan protein yang diuji terjadi presipitasi yang
ditandai dengan terbentuknya endapan atau gumpalan (koagulan).
B.
Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan pada praktikum ini
adalah untuk praktikum yang dilakukan seharusnya menggunakan semua pengujian
supaya semua praktikum juga dapat mengetahui semua pengujian yang dilakukan dan
juga menggunakan bahan yang telah tersediah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Penuntun Praktikum Biokimia,
Universitas Muslim Indonesia Makassar. Dikses pada tanggal 02 Desember 2013.
_______. 2013. Biokimia Uji Reaksi Protein Muslimah of Queen.htm. diakses pada
tanggal 02 Desember 2013.
Dirjen
POM. 1979. Farmakope Indonesia
Edisi III. Depkes RI.Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI.
Hamid, Abdul. 2001. Biokimia Metabolisme Biomolekul.
Penerbit Alfabeta : Jakarta.
Hardjasasmita, Pantjita. 2006. Ikhtisar Biokimia Dasar.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
Koolman Jan dan Klaus. 2001. Atlas Berwarna dan Teks Biokimia.
Penerbit EGC: Jakarta.
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I,
Penerbit Erlangga : Jakarta.
Martoharsono, Soeharsono. 2000. Biokimia Jilid II. Penerbit
Gadjah Mada University Press : Jakarta.
Muray,
Robert K, dkk. 2003. Biokimia
Harper Edisi 2. Penerbit EGC: Jakarta.
Poedjadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit
Universitas Indonesia Press : Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar