LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA NUTRISI DASAR
“ENZIM DAN SUSU”
Disusun oleh:
Nama : ASRUL
Nim : 60700112042
Kelompok: IV (Empat)
Jurusan : ILMU PETERNAKAN
Asisten : Nurwahidah. J
LABORATORIUM PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis
bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik. Molekul awal yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain yang
disebut produk. Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung pada suatu
kondisi/zat, yang disebut promoter. Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat
berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan oleh hormon
sebagai promoter. Enzim bekerja dengan cara bereaksi
dengan molekul substrat untuk menghasilkan senyawa intermediat melalui suatu reaksi kimia organik yang membutuhkan energi aktivasi lebih rendah, sehingga percepatan
reaksi kimia terjadi karena reaksi kimia dengan energi aktivasi lebih tinggi
membutuhkan waktu lebih lama
(Mustahib, 2011).
Susu adalah cairan bergizi berwarna putih
yang dihasilkan oleh kelenjar susu mamalia dan manusia. Susu adalah sumber gizi utama bagi bayi sebelum mereka dapat mencerna makanan
padat. Susu binatang (biasanya sapi) juga diolah menjadi berbagai produk
seperti mentega, yogurt, es krim, keju, susu kental manis, susu bubuk dan lain-lainnya untuk
konsumsi manusia (Anonim, 2013).
Dalam mengkatalis suatu reaksi enzim bersifat sangat spesifik, sehingga
meskipun jumlah enzim ribuan di dalam sel-sel dan substratnya pun sangat
banyak, tidak akan terjadi kekeliruan. Apoenzim merupakan bagian enzim yang
merupakan protein, mempunyai struktur tiga dimensi. Bagian yang bukan protein
disebut koenzim. Kompleks apoenzim dengan koenzim disebut haloenzi. Struktur
tiga dimensi pada enzim tersebut sangat penting untuk aktivitas katalis oleh
karena itu perubahan konformasi yang sedikit saja pada struktur enzim akan
mempengaruhi aktivitasnya untuk
mengetahui lebih lanjut tentang enzim, sifat warna dan reaksi-reaksinya
(Mustahib, 2011).
Berdasarkan penjelasan di atas maka
dilakukan praktikum untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kegiatan enzim,
membuktikan bahwa derajat keasaman (pH) mempengaruhi aktivitas enzim,
membuktikan adanya enzim schardinger dalam susu dan untuk mengetahui pengaruh
temperatur terhadap aktivitas enzim.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini
adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui pengaruh suhu terhadap kegiatan enzim.
2.
Membuktikan bahwa derajat keasaman (pH) mempengaruhi aktivitas
enzim.
3.
Membuktikan
adanya enzim schardinger dalam susu.
4.
Untuk mengetahui
pengaruh temperatur terhadap aktivitas enzim.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Enzim adalah suatu senyawa organik,
tergolong protein berfungsi sebagai katalisator. Reaksi-reaksi seperti
hidrolisa berlangsung sangat cepat di dalam sel-sel hidup pada pH yang
kira-kira netral dan pada suhu tubuh. Ini dapat terjadi karena adanya enzim.
Enzim disintesa di dalam enzim, tetapi setelah diekstraksi di luar sel masih
mempunyai aktifitas. Dalam reaksi enzim kembali mengalami perubahan fisik namun
pada akhirnya reaksi akan kembali seperti semula (Tim Dosen, 2013).
Menurut Tim Dosen (2013), yang
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi enzim adalah
sebagai berikut:
1.
Perubahan suhu dan pH
2.
Konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat
3.
Pengaruh aktivator, inhibitor, koenzim dan konsentrasi
elektrolit
4.
Hasil reaksi enzim
Susu diekskresi oleh kelenjar mammae, susu sebagian besar terdiri dari air
(87%), sisanya merupakan zat padat yang terdiri dari protein, lipid,
karbohidrat, vitamin, enzim, asam-asam organik dan sejumlah garam-garam organik.
Susunan susu selalu tidak tetap, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti umur, diet lama, masa laktasi, waktu sekresi, suhu, keadaan fisik,
mental dan sebagainya. Susu biasanya berwarna putih kekuningan, cair dan asam
(pH 6,6 - 6,9) dengan pemanasan koagulan negatif (Tim Dosen, 2013).
Susu dipandang dari segi
gizinya merupakan bahan makanan yang hampir sempurna dan merupakan bahan
makanan alamiah bagi anak yang baru lahir. Susu didefinisikan sebagai sekresi
kelenjar ambing hewan yang sedang laktasi. Hewan penghasil susu komersial
diantaranya sapi, kambing, domba dan kerbau. Sapi adalah penghasil susu yang
efisien karena sapi menghasilkan produksi susu yang tinggi. Komposisi susu adalah lemak 3,9%, protein 3,4%, laktosa 4,8%, abu 0,72% dan air 87,1%. Komponen lain yang juga terdapat di dalam susu adalah sitrat, enzim-enzim, fosfolipid, vitamin
A, vitamin B dan vitamin C (Zuhra, 2010).
Enzim terdapat secara alami pada semua
organisme hidup dan berperan sebagai katalisator dalam reaksi kimia.
Istilah enzim mulai diperkenalkan pertama kali tahun 1878 oleh Kuhne yang
mengisolasi senyawa enzim dari ragi sedangkan konsep kerja enzim dikembangkan
oleh Emil Fischer di tahun 1894 yang mempopulerkan istilah “gembok dan kunci”
untuk menjelaskan interaksi substrat enzim. Saat ini lebih dari 3000 enzim
telah diidentifikasi. Seperti halnya protein, enzim juga tersusun dari
rantai asam amino. Enzim ini akan mempercepat reaksi kimia dengan cara
menempel pada substrat dan keseluruhan proses reaksi akan stabil dan
menghasilkan kompleks enzim substrat. Dengan bantuan enzim ini, energi
yang digunakan untuk menggerakan proses reaksi kimia menjadi lebih kecil.
Enzim akan bekerja pada kondisi lingkungan yang tidak mengubah struktur aslinya
yaitu yang paling baik pada suhu dan pH menengah (Wijayanti, 2013).
Setiap enzim terbentuk dari
molekul protein sebagia komponen utama penyusunnya dan beberapa enzim hanya
terbentuk dari molekul protein dengan tanpa adanya penambahan komponen
lain. Tetapi perlu diingat bahwa tidak semua protein mempunyai fingsi
katalitik, sehingga tidak dapat digolongkan sebagai enzim. Sebagai contoh,
protein pada mikrotubula, mikrofilamen dan beberapa molekul protein pada
membran terlihat lebih fungsi struktural daripada katalitik. Satu ciri
khas sel hidup adalah terdapatnya proses metabolisme yang diperantarai oleh
suatu protein yang disebut enzim yaitu suatu katalisator protein yang
mempercepat reaksi kimia dalam makhluk hidup atau dalam sistem biologik. Tanpa enzim maka
reaksi seluler berlangsung sangat lambat bahkan mungkin tidak terjadi reaksi
(Toha, 1992).
Dalam mengkatalis suatu
reaksi enzim ribuan di dalam sel dan substratnya sangat
spesifik tidak akan terjadi kekeliruan. Subsrat adalah substansi yang mengalami
perubahan kimia setelah bercampur dengan enzim sedangkan produk
adalah substansi baru yang terbentuk setelah reaksi mencapai keseimbangan.
Oksireduktusi beredar antara bentuk-bentuk oksidase dan reduktasinya jika
molekul-molekul substrat secara berturut-turut dioksidasi. Sifat elektron menetukan dua jenis
oksidase reduktase yang kita tinjau, dehidrogenase atau oksidase (Toha, 1992).
Reaksi kimia
tetap berlangsung tanpa enzim. Namun, reaksi tersebut berjalan lambat. Berbagai
reaksi kimia metabolis di dalam tubuh organisme dapat berlangsung dengan cepat
karena sel organisme tersebut menghasilkan enzim. Misalnya saja kita yang dapat
menyimpan larutan glukosa dalam jangka waktu tak terbatas bila disimpan di
dalam botol yang terjaga kondisinya dan tidak tercemar oleh jamur atau bakteri.
Larutan glukosa tersebut akan terurai bila berada di dalam sitoplasma sel.
Reaksi kimia di dalam sel dilakukan oleh enzim yang termasuk ke dalam golongan
katalis. Katalis adalah zat yang mempercepat reaksi dengan energi aktivasi
tanpa mengubah hasil akhir (produk). Enzim tidak ikut serta dalam pengubahan
suatu zat (reaksi), tetapi zat tersebut sibuat berulang kali untuk mempercepat
reaksi. Enzim adalah katalis protein yang dihasilkan oleh sel. Zat tersebut
mengatur kecepatan dan kekhususan ribuan reaksi kimia yang berlangsung di dalam
sel (Wilbraham, 1992).
Enzim bekerja pada perangkat substrat (reaktan) dan mengubahnya menjadi
suatu perangkat hasil (produk). Daerah pada enzim yang mengikat suatu substrat
adalah sisi aktif (tempat aktif). Tingkat kekhhususan yang tinggi memungkinkan
sel mengendalikan reaksi-reaksi metabolisme dengan mengatur bentuk dan jumlah
enzim yang dihasilkan. Beberapa enzim bersifat sangat spesifik, yaitu hanya
mengkatalis suatu reaksi kimia tertentu. Tetapi pada umumnya enzim tidak begitu
spesifik dan akan menguraikan zat-zat lain yang mesih berkerabat (berhubungan),
misalnya lipase yang dapat bekerja pada sejumlah besar lemak. Reaktan dimana enzim
akan bekerja disebut sebagai substrat enzim. Enzim berikatan dengan substrata atau beberapa substrat
ketika terdapat dua atau lebih reaktan (Loveless, 1999).
Pada saat enzim dan substrat berikatan kerja katalitik
enzim tersebut akan mengubah substrat menjadi produk atau beberapa produk
reaksi. Keseluruhan proses itu dapat diringkas sebagai berikut, dengan nama enzim
ditulis tanpa panah berikut: Substrat (-substrat) enzim produk
(-Produk) Misalnya, enzim-enzim sukrase (sebagian besar nama enzim berakhiran
dengan ase) memecah disakarida sukrosa menjadi kedua monosakarida, glukosa dan
fruktosa: Sukrosa + H2O sukrosa glikos + Fruktosa. Untuk memperoleh
pengukuran kecepatan reaksi enzim yang terpercaya, diperlukan
penentuan dalam jangka waktu pendek segera setelah enzim
dicampurkan ke dalam substrat. Ideal kecepatan ini harus
diukur pada saat yang tepat ketika enzim itu dicampurkan, tetapi itu bukan
sasaran yang praktis. Walaupun demikian, karena kecepatan ini dinyatakan
sebagai kecepatan reaksi awal dan kira-kira sangat dekat dengan kecepatan
reaksi yang dikatalis enzim sebelum terjadi perubahan konsentrasi
substrat (Loveless, 1999).
Aktivitas enzim dinyatakan sebagai laju reaksi kimia
berkatalis enzim dalam mengubah substrat menjadi produk. Aktivitas tergantung
pada konsentrasi enzim dan keadaan reaksi seperti pH dan suhu, aktivitas enzim
sering diukur dengan mengikuti munculnya produk berwarna dalam beberapa waktu
atau reaksi yang melibatkan pengambilan atau pelepasan proton dapat diikuti
dengan mengukur perubahan pH larutan uji menurut waktu. Enzim mempunyai
karakteristik yang tidak sama dengan tipe katalisnya. Pada empat yang pertama
enzim mempunyai tingkat temperatur yang spesifik, studi tentang aktivitas enzim
partikuler yang maksimal disekeliling temperatur normal dari organ
dimana enzim ditemukan (Wirahadikusumah, 1989).
Menurut Runtah (2011), yang menyatakan bahwa ada 6 golongan enzim yaitu:
1.
Oksidoreduktase
yaitu golongan enzim yg mengkatalisis
pengambilan atom hidrogen dari suatu senyawa baik dehidrogenase maupun
oksidase.
2.
Transferase
yaitu enzim yg mengkatalisis reaksi pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa
kepada senyawa lain.
3.
Hidrolase
yaitu enzim yang berperan sebagai katalis pada reaksi hidrolisis baik pemecahan
ester, glikosida dan peptide.
4.
Liase
yaitu enzim yg mengkatalisis dalam reaksi pemisahan gugus dari suatu substrat (bukan cara hidrolisis) atau sebaliknya.
5.
Isomerase
yaitu enzim yang bekerja pada
reaksi perubahan intramolekuler.
6.
Ligase
adalah enzim yang mengkatalisis reaksi penggabungan dua molekul.
Menurut Wirahadikusumah (1989), yang menyatakan
faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim adalah sebagai berikut:
1.
Temperatur,
karena enzim tersusun dari protein, maka enzim sangat peka terhadap temperatur.
Temperatur yang tinggi dapat menghambat reaksi. Pada umumnya temperatur optimum
enzim adalah 30-40 0C. Kebanyakan enzim tidak menunjukkan reaksi jika suhu turun sampai
sekitar 0 0C, namun enzim tidak rusak. Bila suhu normal kembali,
maka enzim akan aktif kembali. Enzim
tahan pada suhu rendah, namun rusak di atas suhu 50 0C.
2.
Perubahan
pH, karena dapat mempengaruhi perubahan asam amino kunci pada saat sisi aktif enzim sehingga menghalangi sisi aktif
bergabung dengan substratnya. pH enzim optimum berbeda-beda tergantung jenis
enzimnya.
3.
Konsentrasi
enzim dan substrat, perbandingan jumlah
antara enzim dan substrat harus sesuai. Jika enzim terlalu sedikit dan substrat
terlalu banyak reaksi akan berjalan lambat dan bahkan ada substrat yang
terkatalisasi. Semakin banyak enzim maka reaksi akan semakin cepat.
4.
Inhibitor
enzim, merupakan penghambat kerja enzim. Jika inhibitor ditambahkan ke dalam
campuran enzim dan substrat, kecepatan reaksi akan turun. Cara kerja inhibitor
ini adalah berikatan dengan enzim membentuk kompleks enzim-inhibitor yang masih
mampu atau tidak mampu berikatan dengan substrat. Inhibitor enzim ada dua,
yaitu:
a.
Inhibitor
kompetitif dimana zat pernghambatnya mempunyai struktur yang mirip dengan
struktur substrat. Dengan demikian baik substrat maupun zat penghambat
berkompetisi atau bersaing untuk bergabung dengan sisi aktif enzim. Jika zat penghambat lebih dulu berikatan
dengan sisi aktif enzim, maka substrat tidak bisa lagi berikatan dengan sisi
aktif enzim.
b.
Inhibitor
nonkompetitif dimana substrat sudah tidak dapat berikatan dengan kompleks enzim inhibitor, karena
sisi aktif enzim berubah.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan
pratikum ini adalah sebagai berikut:
Hari/tanggal : Selasa / 10 Desember 2013
Waktu : 09.00
– 11.30 WITA
Tempat : Laboratorium Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1.
Alat
Adapun alat yang digunakan dalam
praktikum ini adalah bunsen 1 buah, gegep 1 buah, gelas kimia 1 buah, kaki tiga 1 buah,
kasa asbes 1 buah, pipet skala 1 buah, pipet tetes 1 buah, plat tetes 1 buah,
rak tabung 1 buah dan tabung reaksi 4 buah.
2.
Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam
praktikum ini es batu, iodine 0,01 m, larutan Amilum 0,5%, larutan Amilum 1%, larutan Lugol,
larutan Methylen Blue dan Formaldehid, larutan HCl pekat, larutan urease,
larutan ureum 0,15%, larutan NaOH 10%, paraffinum liqudum, reagens Nessler,
saliva (air liur yang diencerkan) dan susu beruang.
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
Sifat Enzim
a.
Pengaruh Suhu Terhadap Kegiatan Enzim
1)
Memasukkan masing-masing 5 ml larutan ureum 0,15% ke
dalam tabung reaksi.
2)
Menyiapkan 3 buah tabung reaksi.
3)
Mendinginkan tabung reaksi pertama ke dalam es.
4)
Menambahkan masing-masing 1 ml larutan urease ke dalam
tabung reaksi kedua dan ketiga.
5)
Memasukkan tabung reaksi yang kedua selama 1 menit.
6)
Mendinginkan tabung reaksi yang ketiga ke dalam es.
7)
Memasukkan atau mendinginkan tabung reaksi yang kedua
ke dalam gelas kimia yang berisi es dan tabung ketiga.
8)
Mencampur larutan ureum dan urase yang ada di dalam
tabung reaksi kedua dan ketiga.
9)
Mendinginkan kembali campuran larutan tersebut ke
dalam es.
10)
Mengangkat dan mendiamkan campuran larutan selama 15
menit.
11)
Menambahkan 3 tetes reagens Nessler ke dalam campuran
larutan tersebut.
12)
Mengamati perubahan yang terjadi.
b.
Pengaruh pH Terhadap Kegiatan Enzim
1)
Menyiapkan 3 buah tabung reaksi.
2)
Memasukkan masing-masing 5 ml larutan amilum 0,5% ke
dalam tabung reaksi.
3)
Menambahkan 4 tetes larutan NaOH 10% ke dalam tabung
reaksi yang pertama.
4)
Menambahkan 4 tetes larutan HCl pekat ke dalam tabung
reaksi yang kedua.
5)
Menambahkan 5 ml air liur yang telah diencerkan 50
kali ke dalam masing-masing tabung reaksi.
6)
Mendiamkan masing-masing abung reaksi pada suhu kamar
selama 30 menit.
7)
Mengamati perubahan yang terjadi.
8)
Menambahkan 5 tetes larutan lugol ke dalam
masing-masing tabung reaksi.
9)
Mengamati perubahan yang terjadi.
2.
Enzim Schardinger dalam Susu
a.
Menyediakan 3 buah tabung reaksi.
b.
Memasukkan 5 ml susu ke dalam tabung reaksi yang
pertama.
c.
Menambahkan 5 tetes campuran larutan methylen blue dan
formaldehid.
d.
Menambahkan 2 tetes larutan paraffinum liqudum.
e.
Mengamati perubahan yang terjadi.
f.
Menambahkan 5 ml susu ke dalam tabung reaksi yang
kedua.
g.
Menambahkan 5 tetes campuran larutan methylen blue dan
formaldehid ke dalam tabung reaksi tersebut.
h.
Mengamati perubahan yang terjadi.
i.
Memasukkan 5 ml susu yang telah dipanaskan dan
didinginkan kembali ke dalam tabung reaksi yang ketiga.
j.
Menambahkan 5 tetes campuran methylen blue dan
formaldehid ke dalam tabung reaksi tersebut.
k.
Menambahkan 2 tetes paraffinum liqudum ke dalam tabung
reaksi.
l.
Mengamati perubahan yang terjadi.
m.
Memasukkan ketiga tabung reaksi ke dalam gelas kimia
yang berisi air panas dengan suhu 37-40oC.
n.
Mengamati perubahan yang terjadi.
3.
Pengaruh Temperatur Terhadap Keaktifan Suatu Enzim
a.
Menyediakan 4 buah tabung reaksi.
b.
Memasukkan 5 ml larutan amilum 1% ke dalam
masing-masing tabung reaksi.
c.
Memasukkan tabung reaksi yang pertama ke dalam es.
d.
Menyimpan tabung reaksi yang kedua dan keempat pada
suhu kamar.
e.
Memasukkan tabung reaksi yang ketiga ke dalam air
panas pada suhu 38oC.
f.
Menambahkan 2 tetes saliva encer pada tabung reaksi
pertama, kedua dan ketiga.
g.
Menambahkan 2 tetes saliva encer yang telah dipanaskan
dengan air mendidih ke dalam tabung reaksi yang keempat.
h.
Mengambil contoh dari masing-masing tabung dan
menetesi dengan iodine 0,01 M sebanyak 2 tetes pada pipet tetes hingga interval
5 menit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan percobaan enzim dan susu adalah sebagai
berikut:
1.
Sifat Enzim
No.
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
Pengaruh Suhu Terhadap Kegiatan
Enzim
a. Perlakuan pertama
1) Ureum
2) Ureum
3)
|
1) Ureum
Terdapat larutan bening
2) Ureum
Terdapat larutan kuning
3) Ureum
Terdapat larutan kuning
|
|
b. Ureum + Urease
1)
2)
|
1) Tabung 2
Terdapat larutan putih kekuningan
2) Tabung 3
Terdapat larutan putih kekuningan
|
|
c. Pencampuran tabung 2 dan tabung 3
+ didinginkan
|
c. Pencampuran tabung 2 dan tabung 3
+ didinginkan
Terdapat larutan bening.
|
|
d.
|
d. Ureum + Urease + didiamkan 15
menit
1. Larutan kuning
2. Larutan orange
|
|
e.
|
e.
Ureum + Urease
+ didiamkan 15 menit + larutan Nessler
1. Larutan kuning
2. Larutan orange
|
2.
|
Pengaruh pH Terhadap Kegiatan Enzim
a.
Larutan
1)
Amilum + NaOH
2)
Amilum + HCl
Pekat
3)
Amilum
|
1)
Amilum + NaOH
1.
Cincin bening
2.
Gelembung
3.
Larutan bening
2)
Amilum + HCl
Pekat
1.
Cincin bening
2.
Gelembung
3.
Larutan kuning
agak keruh
3)
Amilum
1.
Cincin bening
2.
Larutan bening
|
|
b.
Larutan +
Saliva
1)
2)
3)
|
1)
Amilum + NaOH
+ Saliva
1.
Busa
2.
Larutan putih
keruh
3.
Gelembung
4.
Larutan bening
2)
Amilum + HCl
Pekat + Saliva
1.
Busa
2.
Gelembung
3.
Larutan bening
3)
Amilum +
Saliva
1.
Busa
2.
Cincin putih
3.
Larutan keruh
4.
Larutan bening
|
|
c.
Larutan +
Saliva + Setelah didiamkan 30 menit
1)
2)
3)
|
1)
Tabung 1
1.
Busa
2.
Larutan putih
keruh
3.
Gelembung
4.
Larutan bening
2)
Tabung 2
1.
Cincin bening
2.
Larutan bening
3)
Tabung 3
1.
Cincin putih
2.
Larutan keruh
3.
Larutan bening
|
|
d.
Larutan +
Saliva + didiamkan 30 menit + Larutan Lugol
1)
Tabung 1
2)
3)
|
1)
Tabung 1
Terdapat larutan bening
2)
Tabung 2
1.
Larutan biru
tua
2.
Larutan bening
3)
Tabung 3
1.
Larutan ungu
kehitaman
2.
Larutan biru
keunguan
|
Sumber: Laboratorium
Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar, 2013.
2.
Enzim Schardinger dalam Susu
No.
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
Susu
a.
b. Tabung 2
c. Tabung 3
|
a. Tabung 1
1. Busa
2. Larutan putih tulang
b. Tabung 2
1. Busa
2. Larutan putih tulang
c. Tabung 3
1. Busa
2. Larutan putih tulang
|
2.
|
Susu + Mathylen Blue dan
Formaldehid
a.
b.
c.
|
a. Tabung 1
1. Larutan biru
2. Larutan putih tulang
b. Tabung 2
1. Larutan biru
2. Larutan putih tulang
c. Tabung 3
1. Larutan biru
2. Larutan putih tulang
|
3.
|
Susu + Methylen Blue dan
Formaldehid + Paraffinum Liqudum
a.
b.
|
a. Tabung 1
1. Larutan biru tua
2. Cincin biru muda
3. Larutan putih
b. Tabung 3
1. Busa
2. Larutan biru tua
3. Larutan biru muda
4. Larutan putih tulang
|
4.
|
Setelah direndam air panas
a.
b.
c.
|
a. Tabung 1
1. Larutan biru tua
2. Cincin biru muda
3. Laruutan putih tulang
4. Larutan biru muda
b. Tabung 2
1. Gelembung
2. Larutan biru tua
3. Larutan biru muda
4. Larutan putih tulang
c. Tabung 3
1. Gelembung
2. Larutan biru tua
3. Larutan biru muda
4. Larutan biru muda
5. Larutan putih tulang
|
Sumber: Laboratorium
Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar, 2013.
3.
Pengaruh Temperatur Terhadap Keaktifan Suatu Enzim
No.
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
Sebelum Pencampuran
a.
b.
c.
d.
|
a. Tabung 1
Terdapat larutan putih keruh
b. Tabung 2
Terdapat larutan putih keruh
c. Tabung 3
Terdapat larutan putih keruh
d. Tabung 4
Terdapat larutan putih keruh
|
2.
|
Setelah diteteskan saliva dan
didinginkan
a. Amilum + air es
b. Suhu kamar
c. Amilum + Saliva + dipanaskan
d.
|
a. Amilum + air es
Terdapat larutan putih keruh
b. Suhu kamar
1. Cincin putih
2. Larutan bening
c. Amilum + Saliva + dipanaskan
1. Cincin putih
2. Gelembung
3. Endapan putih
d. Amilum + Saliva encer +
dipanaskan
Terdapat larutan putih keruh
|
Sumber: Laboratorium
Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar, 2013.
B.
Pembahasan
Adapun pembahasan dari praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1.
Pengaruh suhu terhadap kegiatan enzim
Enzim merupakan biokatalisator yang bekerja spesifik. Aktivitas katalis
yang dimiliki enzim merupakan alat ukur yang selektif dan sensitif terhadap
aktivitas enzim. Pada percobaan ini dilakukan perlakuan pertama yaitu menyediakan tiga tabung
masing-masing diisikan ureum. Kemudian tabung 1 didinginkan serta menambahkan larutan urease pada tabung 2 dan 3 yang akan menghasilkan
larutan putih kekuningan, dilakukan pencampuran larutan pada
tabung 2 dan 3 kemudian didinginkan dan akan menghasilkan warna bening.
Kemudian urase ditambahkan ureum dan didiamkan selama 15 menit akan
menghasilkan larutan kuning dan orange, kemudian ditambahkan larutan Nessler
dan akan menghasilkan larutan kuning muda dan orange.
Hal ini sesuai dengan pendapat
Wirahadikusuma (1989) enzim tersusun dari protein, maka enzim sangat peka
terhadap temperatur. Temperatur yang tinggi dapat menghambat reaksi. Pada
umumnya temperatur optimum enzim adalah 30-40 0C. Kebanyakan enzim tidak menunjukkan reaksi jika suhu turun sampai
sekitar 0 0C, namun enzim tidak rusak. Bila suhu normal kembali,
maka enzim akan aktif kembali. Enzim
tahan pada suhu rendah, namun rusak di atas suhu 50 0C. Tempat bekerja enzim sangat bervariasi tergantung pada tempat enzim tersebut berasal.
2.
Pengaruh pH terhadap kegiatan enzim.
Pada percobaan ini menyiapkan 3 tabung reaksi dan memasukkan 5 ml larutan
amilum 0,5% pada setiap tabung. Menambahkan 4 tetes larutan NaOH 10% pada tabung 1, dimana hasilnya
terdapat cincin bening, gelembung dan larutan bening; menambahkan 4 tetes
larutan HCl Pekat pada tabung 2, dimana hasilnya terdapat cincin bening,
gelembung dan larutan kuning agak keruh; dan pada larutan amilum yang terdapat
pada tabung 3 akan menghasilkan cincin bening dan larutan bening.
Kemudian
menyediakan 3 tabung lagi pada percobaan larutan ditambahkan dengan saliva.
Menambahkan amilum, NaOH dan saliva pada tabung 1 yang akan menghasilkan busa,
larutan putih keruh, gelembung dan larutan bening. Amilum ditambah larutan HCl
pekat dan ditambahkan dengan saliva akan menghasilkan busa, gelembung dan
larutan bening. Kemudian amilum ditambahkan dengan saliva yang akan
menghasilkan busa, cincin putih, latutan keruh dan larutan bening.
Pada larutan ditambah
dengan saliva dan setelah didiamkan 30 menit akan menghasilkan busa, larutan
putih keruh, gelembung dan larutan bening pada tabung 1; pada tabung 2 terdapat
cincin bening dan larutan bening; dan pada tabung 3 terdapat cincin putih,
larutan keruh dan lautan bening. Kemudian ditambahkan dengan larutan lugol akan
menghasilkan larutan bening pada tabung 1, terdapat larutan biru tua dan
larutan bening pada tabung 2 dan pada tabung 3 terdapat larutan ungu kehitaman
dan larutan biru keunguan.
Baik tidaknya enzim itu beraktivitas
diindikasikan dengan cepat lambatnya proses hidrolisis amilum oleh enzim
tersebut. Dengan penambahan larutan iodine, amilum akan memberikan warna biru
tua. Apabila enzim menghidrolisis amilum menjadi gula yang lebih sederhana, maka
warna biru tua yang terbentuk akibat reaksi dengan iodine tersebut lama
kelamaan akan berubah menjadi kekuningan dan hilang menjadi bening tak berwarna
seiring dengan berkurang dan habisnya amilum dalam larutan (amilumnya habis
terhidrolisis menjadi gula sederhana).
Hal ini sesuai dengan pendapat Wirahadikusuma
(1989), Perubahan pH dapat mempengaruhi karena dapat mempengaruhi perubahan
asam amino, pada saat sisi aktif enzim sehingga menghalangi sisi aktif
bergabung dengan substratnya. pH enzim optimum berbeda-beda tergantung jenis
enzimnya.
3.
Enzim Schardinger dalam susu
Pada percobaan ini, menyiapkan 3 tabung reaksi dan mengisinya 5 ml susu
kemudian ditambahkan 5 tetes campuran methylen blue dan formaldehid, pada
tabung 1, 2 dan 3 terdapat larutan biru dan larutan putih tulang. Kemudian susu
ditambah methylen blue dan formaldehid ditambah paraffinum liqudum, pada tabung
1 terdapat larutan biru tua, cincin biru muda dan larutan putih. Dan pada
tabung 3 terdapat busa, larutan biru tua, larutan biru muda dan larutan putih
tulang. Setelah direndam air panas akan meghasilkan perubahan yaitu pada tabung
1 akan menghasilkan larutan biru tua, cincin biru muda, larutan putih tulang
dan larutan biru nuda; pada tabung 2 akan menghasilkan gelembung, larutan biru
tua, larutan biru muda dan larutan putih tulang; dan pada tabung 3 terdapat
gelembung, larutan biru tua, larutan biru muda, larutan biru muda dan larutan
putih tulang.
Hal ini sesuai
dengan pendapat Tim Dosen (2013), yang menyatakan bahwa dalam susu pun terdapat
semacam dihidrogenase yaitu enzim Schardinger. Enzim ini sanggup mengambil
hydrogen dari aldehida. Dan susunan susu selalu tidak tetap, tetapi dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti umur, diet lama, masa laktasi, waktu sekresi,
suhu, keadaan fisik, mental dan sebagainya. Susu biasanya berwarna putih
kekuningan, cair dan asam (pH 6,6 - 6,9) dengan pemanasan koagulan negatif.
4.
Pengaruh temperatur terhadap keaktifan
suatu enzim
Pada percobaan ini, menyiapkan 4 buah tabung reaksi dan
mengisinya dengan larutan pati, kemudian
amilum dtambahkan air es menghasilkan warna putih keruh, kemudian diteteskan
saliva encer. Pada tabung 1 didingikan berwarna keruh, tabung 2 pada suhu kamar
terdapat cincin putih pada bagian atas dan larutan bening dibagian bawah, pada
tabung 3 dicelupkan pada air panas berwarna keruh, dan pada tabunng 4
dipanaskan sampai mendidih berwarna keruh. Kemudian ditambahkan
iodine dan didiamkan dalam interval waktu 5 menit. Dari hasil percoban ini pada
tabung tiga menunjukkan
hasil positif terdapat amilum dengan pengujian ini berdasarkan perubahan warna
yang terjadi menjadi keunguan. Hal ini sesuai dengan literatur Toha. (1992) yang menyatakan bahwa diantara
faktor–faktor yang mempengaruhi enzim dan aktivitas enzim kita sebutkan adalah
pengacuh temperatur.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Pada
umumnya temperatur optimum enzim adalah 30-40 0C. Kebanyakan enzim
tidak menunjukkan reaksi jika suhu turun sampai sekitar 0 0C, namun
enzim tidak rusak. Bila suhu normal kembali, maka enzim akan aktif kembali.
Enzim tahan pada suhu rendah, namun rusak di atas suhu 50 0C. tempat
bekerja enzim sangat bervariasi
tergantung pada tempat enzim tersebut berasal.
2.
Perubahan
pH dapat mempengaruhi karena dapat mempengaruhi perubahan asam amino, pada saat
sisi aktif enzim sehingga menghalangi sisi aktif bergabung dengan substratnya.
pH enzim optimum berbeda-beda tergantung jenis enzimnya.
3.
Pengaruh
temperatur terhadap keaktifan suatu enzim umumnya enzim bekerja pada suhu yang
optimum. Apabila suhu turun, maka aktivitas menurun dan enzim menjadi rusak.
4.
Perubahan temperatur dapat
mempengaruhi keaktifan enzim jika temperatur rendah maka enzim akan berhenti
bekerja dan jika temperatur kembali normal maka enzim akan kembali bekerja.
Enzim dapat bekerja sesuai temperatur tempat enzim tersebut berasal.
B.
Saran
Adapun saran yang dapat yang dapat saya sampaikan pada praktikum
ini yaitu sebaiknya semua praktikan melakukan semua percobaan agar supaya semua
praktikan dapat mengetahui semua percobaan yang dilakukan pada saat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Loveless, A. R. 1999. Prinsip – prinsip Biologi Tumbuhan Untuk
Derah Tropik. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Mustahib. 2011. Enzim.
http: // biologi. blogsome. com/2011/08/16/ enzim/. Diakses tanggal 11 Februari 2013.
Runtah. 2011. Penggolongan Enzim Menurut Reaksinya. http://kimiadahsyat. blogspot.com/. Diakses tanggal 11 Februari 2013.
Tim Dosen. 2013. Penuntun
Biokimia Nutrisi Ternak. UIN: Makassar.
Toha, A. 1992. Biokimia.
Alfabeta: Surabaya.
Wijayanti. 2013. Pemanfaatan
Enzim pada Industri Pakan. http://enzim/ indah wijayanti'sweblog.blogspot.com. Diakses tanggal 11
Februari 2013.
Wilbraham, A. C dan M. S
Matta. 1992. Pengantar Kimia Organik dan
Hayati.
ITB: Bandung.
Wirahadikusumah, M.
1989. Biokimia. ITB: Bandung.
Zuhra. 2010. Susu
Segar. http://zuhra-sususegar. blogspot. com/2010/08/17.html. Diakses tanggal 11 Februari 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar