TUGAS
AKIDAH AHKLAK
Oleh:
KELOMPOK I
ASRUL (60700112042)
MUH. MANSYUR R. (60700112068)
JURUSAN ILMU
PETERNAKAN
FAKULTAS SAINS DAN
TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2013
PENGERTIAN
AQIDAH DAN AKHLAK
A.
PENGERTIAN
AKIDAH
Pengertian Aqidah Secara Bahasa (Etimologi) : Kata “‘aqidah” diambil
dari kata dasar “al-‘aqdu” yaitu ar-rabth(ikatan), al-Ibraam (pengesahan),
al-ihkam(penguatan), at-tawatstsuq(menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu
biquwwah(pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk(pengokohan) dan
al-itsbaatu(penetapan).
Allah Ta’ala berfirman, “Allah tidak menghukum kamu disebabkan
sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum
kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja …” (Al-Maa-idah : 89).
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang
mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah
berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah
dan diutusnya pada Rasul. Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan
hati seorang secara pasti adalah aqidah; baik itu benar ataupun salah.
Aqidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang
pasti wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia. Alquran mengajarkan akidah
tauhid kepada kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT yang satu yang
tidak pernah tidur dan tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah
salah satu butir rukun iman yang pertama. Orang yang tidak percaya terhadap
rukun iman disebut sebagai orang-orang kafir.
B.
PENGERTIAN AKHLAK
Secara etimologis akhlaq adalah
bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat.
Kata akhlaknya yang berarti menciptakan seakan dengan
kata khaliq (pencipta), makhaliq yang (diciptakan) dan khalq (penciptaan).
Kata di atas mengisyaratkan bahwa dalam akhlak
tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak khaliq (Tuhan).
Secara terminologis (ishthilabah) ada beberapa
definisi tentang akhlaq :
1. Imam Al-Ghazali
Akhlaq adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
2. Ibrahim Anis
Akhlaq adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan.
3. Abdul Karim Zaidan
Akhlaq adalah nilai-nilai dan
sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang depan sorotan dan timbangannya
seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk.
Dari keterangan diatas. Jelaslah
bagi kita bahwa akhlaq itu haruslah bersifat konstan, spontan, tidak temporer
dan tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan serta dorongan dari luar.
Sekalipun dari beberapa definisi di atas kata akhlak bersifat netral, belum
merunjuk kepada baik dan buruk, tapi pada umumnya apabila disebut sendirian,
tidak dirangkai dengan sifat tertentu, maka yang dimaksud adalah akhlak yang
mulia. Misalnya, bila seseorang berlaku tidak sopan kita mengatakan padanya.
“kamu tidak berakhlak”. Padahal tidak sopan itu adalah akhlaknya.
Ruang Lingkup Akhlak
Muhammad Abdullah dias dalam bukunya dhuztur al ahlak
fial-Islam membagi ruang lingkup akhlak menjadi lima bagian.
- Akhlak
Pribadi (al-Fardiyah) terdiri dari :
a. Kewajiban
timbal balik orang tua dan akhlak,
b. Kewajiban
suami istri,
c. kewajiban
terhadap kerabat
- Akhlak
bermasyarakat : terdiri dari
(a) yang dilarang,
(b) yang
diperintahkan,
(c)
keadaan-keadaan adab.
- Akhlak
bernegara: Terdiri dari
a. Berhubung
antara pemimpin dan rakyat,
b. Hubungan
luar negeri.
- Akhlak
beragam yaitu kewajiban terhadap Allah SWT
- Akhlak
pribadi
a. Yang
diperintahkan,
b. Yang
dilarang,
c. Yang
dibolehkan.
Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang
terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah.
Allah SWT mengutus Nabi Muhammd SAW tidak lain dan tidak bukan adalah untuk
memperbaiki akhlaq. Setiap manusia harus mengikuti apa yang diperintahkanNya
dan menjauhi laranganNya.
Akidah adalah gudang akhlak yang kokoh. Ia mampu menciptakan kesadaran diri bagi manusia untuk berpegang teguh kepada norma dan nilai-nilai akhlak yang luhur. Akan tetapi sebaliknya, akidah-akidah hasil rekayasa manusia berjalan sesuai dengan langkah hawa nafsu manusia dan menanamkan akar-akar egoisme dalam sanubarinya. Akhlak mendapatkan perhatian istimewa dalam akidah Islam.
Akidah adalah gudang akhlak yang kokoh. Ia mampu menciptakan kesadaran diri bagi manusia untuk berpegang teguh kepada norma dan nilai-nilai akhlak yang luhur. Akan tetapi sebaliknya, akidah-akidah hasil rekayasa manusia berjalan sesuai dengan langkah hawa nafsu manusia dan menanamkan akar-akar egoisme dalam sanubarinya. Akhlak mendapatkan perhatian istimewa dalam akidah Islam.
Rasulullah saww bersabda:
بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ
مَكَارِمَ اْلأَخْلاَقِ
(Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia).
Dalam hadis lain beliau bersabda: “Akhlak yang mulia adalah setengah
dari agama”.
Salah seorang sahabat bertanya kepada belaiu: “Anugerah apakah yang paling utama yang diberikan kepada seorang muslim?” Beliau menjawab: “Akhlak yang mulia”.
Salah seorang sahabat bertanya kepada belaiu: “Anugerah apakah yang paling utama yang diberikan kepada seorang muslim?” Beliau menjawab: “Akhlak yang mulia”.
Tujuan
Akidah Akhlak
Aqidah akhlak harus menjadi pedoman bagi setiap muslim. Artinya setiap
umat Islam harus meyakini pokok-pokok kandungan aqidah akhlak tersebut. Adapun
tujuan aqidah akhlak itu adalah :
a.
Memupuk dan mengembangkan dasar
ketuhanan yang sejak lahir. Manusia adalah makhluk yang berketuhanan.
Sejak dilahirkan manusia terdorong mengakui adanya Tuhan. Firman Allah
dalam surah Al-A’raf ayat 172-173 yang artinya “Dan (Ingatlah), ketika Tuhanmu
menguluarkan kehinaan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka, seraya berfirman: “Bukankah Aku ini
Tuhanmu? “, mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami jadi saksi”
(Kami lakukan yang demikian itu), agar dihari kiamat kamu tidak
mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (Keesaan tuhan)” atau agar kamu tidak
mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan
Tuhan sejak dulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang
(datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan
kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?” Dengan naluri
ketuhanan, manusia berusaha untuk mencari tuhannya, kemampuan akal dan
ilmu yang berbeda-beda memungkinkan manusia akan keliru mengerti tuhan.
Dengan aqidah akhlak, naluri atau kecenderungan manusia akan keyakinan
adanya Tuhan Yang Maha Kuasa dapat berkembang dengan benar
b.
Aqidah akhlak bertujuan pula
membentuk pribadi muslim yang luhur dan mulia. Seseorang muslim yang
berakhlak mulia senantiasa bertingkah laku terpuji, baik ketika
berhubungan dengan Allah SWT, dengan sesama manusia, makhluk lainnya serta
dengan alam lingkungan. Oleh karena itu, perwujudan dari pribadi muslim
yang luhur berupa tindakan nyata menjadi tujuan dalam aqidah akhlak.
c.
Menghindari diri dari pengaruh
akal pikiran yang menyesatkan. Manusia diberi kelebihan oleh Allah dari
makhluk lainnya berupa akal pikiran. Pendapat-pendapat atau
pikiran-pikiran yang semata-mata didasarkan atas akal manusia,
kadang-kadang menyesatkan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, akal
pikiran perlu dibimbing oleh aqidah akhlak agar manusia terbebas atau
terhindar dari kehidupan yang sesat.