LAPORAN
PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
TERNAK
“PENGAMATAN
MORFOLOGI”
Disusun oleh:
Nama : ASRUL
Nim : 60700112042
Kelompok : I (satu)
Jurusan : ILMU PETERNAKAN
Asisten : NURWAHIDAH. J
LABORATORIUM
PETERNAKAN
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2013
LEMBAR
PENGESAHAN
Laporan Lengkap Praktikum Mikrobiologi
Ternak, yang berjudul “Pengenalan Morfologi” disusun oleh:
Nama :
Asrul
Nim : 60700112042
Kelompok : I (satu)
Jurusan : Ilmu Peternakan
Telah diperiksa dengan teliti oleh
asisten dan koordinator asisten dan dinyatakan diterima sebagai laporan
lengkap.
Gowa, 28
Juni 2013
Koordinator
Asisten Asisten
( Andy, S.Pt ) ( Nurwahidah. J )
Nip:
19811006 200910 1 001 Nim:
60700110025
Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab
(Amriana
Hifizah, S.Pt., M.Anim.st)
Nip: 19761214
200604 2 002
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bakteri berasal dari kata bakterion, dalam bahasa Yunani itu
berarti tongkat atau batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut
sekelompok mikroorganisme yang bersel satu, tidak berklorofil, berbiak dengan
pembelahan diri, serta demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan mikroskop
(Dwidjoseputro, 1998).
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi,
struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang
hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri
tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri
sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau
pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya
yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan
(Jimmo. 2008).
Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna
sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan
zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin
(komponen kromoforiknya bermuatan positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi
pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi
pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Suatu preparat yang sudah meresap
suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat warna
terhapus.
terdapat juga
preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan
bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi suatu spesies
(Dwidjoseputro, 1994).
Adapun
yang melatar belakangi praktikum ini adalah untuk mengetahui bentuk dan
struktur serta cirri-ciri yang ada pada jamur dan kapang tersebut sehingga
dilakukan percobaan pengamatan morfologis.
B.
Tujuan
Praktikum
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetehui morfologi (jamur dan kapang)
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Bakteri berasal
dari kata bakterion, dalam bahasa Yunani itu berarti tongkat atau batang. Sekarang nama itu
dipakai untuk menyebut sekelompok mikroorganisme yang bersel satu, tidak
berklorofil, berbiak dengan pembelahan diri, serta demikian kecilnya sehingga
hanya tampak dengan mikroskop (Dwidjoseputro, 1998).
Bakteri
tersusun atas dinding sel dan isi sel. Disebelah luar dinding sel terdapat
selubung atau kapsul. Di dalam sel bakteri tidak terdapat membrane dalam
(endomembran) dan organel bermembran seperti kloroplas dan mitkondria. Struktur
tubuh bakteri dari lapisan luar hingga bagian dalam sel yaitu flagela, dinding
sel, membrane sel, mesosom, lembaran fotosintetik, sitoplasma, DNA, plasmid,
ribosom, dan endospora (Itamar, 2004).
Menurut
Istamar (2004), struktur tubuh bakteri terdiri dari lapisan luar hingga lapisan
dalam bakteri adalah
a. Flagela
Flagela
terdapat salah satu ujung, pada kedua ujung atau pada perukaan sel. Fungsinya
untuk bergerak. Berdasar letak dan jumlahnya, tipe flagella dapat dibedakan
menjadi montrik, amfitrik, lofotrik, dan peritrik.
Flagela
terbuat dari protein yang disebut flagelin. Flagella berbetuk seperti pembuka
sumbat botol. Fungsinya adalah untuk bergerak. Flagella berputar seperti
baling-baling untuk menggerakkan bakteri. Flagela melekat pada membrane sel.
b. Dinding sel
Dinding
sel tersusun atas peptidoglikan yakni polisakarida yang berikatan dengan
protein. Dengan adanya dinding sel ini, tubuh bakteri memiliki bentuk yang
tetap. Fungsi dinding sel adalah untuk melindungi sel. Berdasarkan struktur
protein dan polisakarida yang terkandung di dalam dinding sel ini, bakteri
dapat dibedakan menjadi bakteri Gram positif dan Gram negatif. Jika bakteri
diwarnai dengan tinta Cina kemudian timbul warna pada dinding selnya, maka
bakteri itu tergolong bakteri Gram positif. Sebaliknya, jika diberi warna
dengan tinta Cina namun tidak menunjukkan perubahan warna pada dinding selnya,
maka bakteri itu digolongkan ke dalam bakteri Gram negatif. Bakteri Gram
positif mempunyai peptidoglikan di luar membran plasma. Pada bakteri Gram
negatif, peptidoglikan terletak di antara membran plasma dan membran luar dan
jumlahnya lebih sedikit. Umumnya bakteri Gram negatif lebih patogen.
Bakteri
Gram positif dinding selnya terdiri atas 60-100 persen peptodoglikan dan semua
bakteri Gram positif memiliki polimer iurus asam N-asetil muramat dan N-asetil
glukosamin dinding sel beberapa bakteri Gram positif mengandung substansi asam
teikoat yang dikaitkan pada asam muramat dari lapisan peptidoglikan. Asam
teikoat ini berwujud dalam dua bentuk utama yaitu asam teikoat ribitoi dan asam
teiokat gliserol fungsi dari asam teiokat adalah mengatur pembelahan sel normal.
Apabila diberi pewarna Gram menghasilkan warna ungu. Bakteri Gram negatif dinding
sel Gram negatif mengandung 10-20 % peptidoglikan, diluar lapisan peptidoglikan
ada struktur membran yang tersusun dari protein fostolipida dan lipopolisakarida.
Apabila diberi pewarna Gram menghasilkan warna merah.
Di
sebelah luar dinding sel terdapat kapsul. Tidak semua sel bakteri memiliki
kapsul. Hanya bakteri patogen yang berkapsul. Kapsul berfungsi untuk
mempertahankan diri dari antibodi yang dihasilkan selinang. Kapsul juga
berfungdi untuk melindungi sel dari kekeringan. Kapsul bakteri tersusun atas
persenyawaan antara protein dan glikogen yaitu glikoprotein.
c.
Membrane sel
Membrane
sel tersusun atas molekul lemak dan protein, seperti halnya membran sel
organisme yang lain. Membrane sel bersifat semipermiable dan berfungsi mengatur
keluar masuknya zat keluar atau ke dalam sel.
d.
Mesosom
Pada
tempat tertentu terjadi penonjolan membran sel kearah dalam atau ke sitoplasma.
Tonjolan membrane ini berguna untuk menyediakan energi atau pabrik energi
bakteri. Organ sel (organel) ini disebut mesosom. Selain itu mesosom berfungsi
juga sebagai pusat pembentukan dinding sel baru diantara kedua sel anak pada
proses pembelahan.
e.
Lembar fotosintetik
Khusus
pada bakteri berfotosintesis, terdapat pelipatan membrane sel kearah
sitoplasma. Membrn yang berlipat-lipat tersebut berisi klorofil,dikenal sebagai
lembar fotosintetik (tilakoid). Lembar fotosintetik berfungsi untuk fotosintesis
contohnya pada bakteri ungu. Bakteri lain yang tidak berfotosintesis tidak
memiliki lipatan demikian.
f.
Sitoplasma
Sitoplasma
adalah cairan yang berada di dalam sel (cytos = sel, plasma= cairan).
Sitoplasma tersusun atas koloid yang mengandung berbagai molekul organik
seperti karbohidrat, lemak, protein, mineral, ribosom, DNA, dan enzim-enzim.
Sitoplasma merupakan tempat berlangsungya reaksi-reaksi metabolism.
g.
DNA
Asam
deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid, disingkat DNA) atau asam inti, merupakan
materi genetic bakteri yang terdapat di dalam sitoplasma. Bentuk DNA bakteri
seperti kalung yang tidak berujung pangkal. Bentuk demikian dikenal sebagai DNA
sirkuler. DNA tersusun atas dua utas polinukleotida berpilin. DNA merupakan zat
pengontrol sintesis protein bakteri, dan merupakanzat pembawa sifat atau gen.
DNA ini dikenal pula sebagai kromosom bakteri. DNA bakteri tidak tersebar di
dalam sitoplasma, melainkan terdapat pada daerah tertentu yang disebut daerah
inti. Materi genetik inilah yang dikenal sebagai inti bakteri.
h.
Plasmid
Selain
memiliki DNA kromosom, bakteri juga memiliki DNA nonkromosom. DNA nokromosom
bentuknya juga sirkuler dan terletak di luar DNA kromosom. DNA nonkromosom
sirkuler ini dikenal sebagai plasmid. Ukuran plasmid sekitar 1/1000 kali DNA
kromosom. Plasmid mengandung gen-gen tertentu misalnya gen kebal antibiotik,
gen patogen. Seperti halnya DNA yang lain, plasmid mampu melakukan replikasi
dan membentuk kopi dirinya dalam jumlah banyak. Dalam sel bakteri dapat
terbentuk 10-20 plasmid.
i.
Ribosom
Ribosom
merupakan organel yang berfungsi dalam sintesis protein atau sebagai pabrik
protein. Bentuknya berupa butir-butir kecil dan tidak diselubungi membran.
Ribosom tersusun atas protein dan RNA. Di dalam sel bakteri Escherichia coli
terkandung 15.000 ribosom, atau kira-kira ¼ masa sel bakteri tersebut. Ini
menunjukkan bahwa ribosom memiliki fungsi yang penting bagi bakteri.
j.
Endospora
Bakteri
ada yang dapat membentuk endospora, pembentukan endospora merupakan cara
bakteri mengatasi kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. Endospora tahan
terhadap panas sehingga tidak mati oleh proses memasak biasa. Spora mati di
atas suhu 120 C. jika kondisi telah membaik, endospora dapat tumbuh menjadi
bakteri seperti sedia kala.
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah salah satu teknik
pewarnaan yang paling penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi
bakteri. Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi dikenai
larutan-larutan berikut : zat pewarna kristal violet, larutan iodium, larutan
alkohol (bahan pemucat), dan zat pewarna tandingannya berupa zat warna safranin
atau air fuchsin. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark
Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 metode ini
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram
negatif. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat pewarna kristal violet
dan karenanya akan tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri
gram negatif akan kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci dengan
alkohol, dan sewaktu diberi zat pewarna tandingannya yaitu dengan zat pewarna
air fuchsin atau safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan warna ini
disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya (Anonim. 2012).
Bakteri umumnya tidak memiliki pigmen
sehingga tidak berwarna dan hampir tidak kelihatan karena tidak kontras dengan
medium dimana mereka hidup. Oleh karena itu, perlu dilakukan pewarnaan agar
bakteri tampak jelas bila diamati dengan mikroskop. Pewarnaan ini ada yang
bersifat non-diferensial dan diferensial. Pewarnaan non-diferensial hanya
bertujuan agar bakteri yang diamati tampak jelas atau kontras dengan latar
belakangnya. Pewarnaan ini umunya untuk mengamatibentuk koloni atau morfologi
bakteri (Jawest, 1995).
Bakteri
bereproduksi secara vegetatif dengan membelah diri secara biner. Pada
lingkungan yang baik bakteri dapat membelah diri tiap 20 menit. Pembuahan
seksual tidak dijumpaipada bakteri, tetapi terjadi pemindahan materi genetik
dari satu bakteri ke bakteri lain tanpa menghasilkan zigot. Peristiwa ini
disebut proses paraseksual. Ada tiga proses paraseksual yang telah diketahui,
yaitu transformasi, konjugasi, dan transduksi (Dwidjoseputro,
1998).
Pewarnaan negatif,
metode ini bukan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya
menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan
(tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel.
Pada pewarnaan ini olesan tidak mengalami pemanasan atau perlakuan yang keras
dengan bahan-bahan kimia, maka terjadinya penyusutan dan salah satu bentuk agar
kurang sehingga penentuan sel dapat diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini
menggunakan cat nigrosin atau tinta cina (Hadiotomo, 1990).
Awam menyebut sebagian besar anggota
Fungi sebagai jamur,
kapang,
khamir,
atau ragi,
meskipun seringkali yang dimaksud adalah penampilan luar yang tampak, bukan
spesiesnya sendiri. Kesulitan dalam mengenal fungi sedikit banyak disebabkan
adanya pergiliran
keturunan yang memiliki penampilan yang sama
sekali berbeda (ingat metamorfosis
pada serangga
atau katak).
Fungi memperbanyak diri secara seksual
dan aseksual.
Perbanyakan seksual dengan cara :dua hifa
dari jamur berbeda melebur lalu membentuk zigot lalu zigot tumbuh menjadi tubuh
buah, sedangkan perbanyakan aseksual (Anonim, 2013).
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Waktu Dan Tempat
Adapun
waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah
Hari/Tanggal : Senin, 03 Juni 2013
Pukul : 08.30-12.00 WITA
Tempat : Laboratorium Kesehatan Hewan, Sekolah
Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP), Gowa.
B.
Alat
Dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada
praktikum ini adalah bunsen, deck gelas, gelas kimia, gelas objek, mikroskop, ose, pipet tetes dan tabung
reaksi,
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada
praktikum ini adalah alcohol, jamur roti, fernipan, Lactoehenol Cotton Blue
(LCB), dan spirtus.
C.
Prosedur
Kerja
Adapun
prosedur kerja dari praktikum ini adalah
1. Menyiapkan
alat dan bahan yagn akan digunakan.
2. Membersihkan
gelas objek dengan alkohol agar bebas lemak.
3. Kemudian
menetesi dengan larutan Lactoehenol Cotton Blue (LCB).
4. Mengambil
secara aseptis 1 ose biakan jamur roti kemudian mencampurnya dengan larutan
yang tadi.
5. Mengamati
dibawah mikroskop dengan pembesaran 40 x. bentuk sel, ada tidaknya pertunasan.
6. Mengulangi
prosedur kerja diatas dengan menggunakan biakan fernipan.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
Adapun hasil pengamatan dari praktikun
ini adalah sebagai berikut:
No.
|
laboratorium Mikrobiologi
|
Keterangn
|
1
|
Jamur roti
|
Tepi : Hitam
Permukaan : Putih
Warna
jamur : Biru
Hasil : Sacharomices cereviciae
|
2
|
F ernipan
|
Kapang : Biru
Permukaan : Putih
Hasil : Rhizopus sp
|
Sumber
: Hasil praktikum laboratorium Kesehatan Hewan STPP, Gowa, 2013
B.
Pembahasn
Fungi merupakan
mikroorganisme yang tidak memiliki klorofil dan hidup secara heterotrof dengan
menguraikan bahan-bahan organik yang ada dilingkungannya dan menyerapnya untuk
mendapatkan nutrient. Seperti yang telah diketahui bahwa fungi dikelompokkan
menjadi 2 yaitu kapang dan khamir, Kapang merupakan fungi yang bersifat
multiseluler dan menghasilkan miselium. Sedangkan khamir merupakan fungi yang
bersifat uniseluler dan tidak menghasilkan miselium. Selain itu, terdapat pula
kelompok fungi yang merupakan fungi semu yaitu fungi yang menghasilkan miselium
semu.
Pada praktikum ini, pengamatan morfologi fungi ditujukan pada
pengamatan khamir dan kapang. Biakan yang diamati adalah Sacharomices cereviciae dan Rhizopus sp. Khamir merupaka
jenis fungi yang uniseluler, tidak membentuk miselium, meskipun demikian
beberapa spesies dapat membentuk miselium semu. Pada pengamatan ini didapatkan
hasil bentuk khamir dan kapang, permukaan khamir putih sama dengan kapang dan
warnnya juga sama yaitu biru. Hal ini sesuai dengan pendapat di buku penuntung
Praktikum Mikrobiologi Ternak (2013), menyataka bahwa Kapang bersifat
multiseluler dan menghasilkan miselium, sama dengan hasil yang didapat pada
saat praktikum. Khamir juga demikian bersifat uniseluler dan tidak membentuk
miselium. Perbandingan antara kapang dan khamir dari segi struktur atau bentuk
sulit dibandingkan karena pada literature tidak ditemukan.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari praktikum ini adalah pada bakteri dapat diketahui bentuk dan
strukturnya melalui pengamatan di bawah mikroskop, untuk Khamir diketahui
bentuknya bulat, permukaan berwarna putih dan tepinya hitam, warna jaamur warnanya
biru dan untuk permukaan kapang warnanya putih dan warna Kapang biru.
B.
Saran
Adapun
saran yang dapat disampaikan pada praktikum ini adalah untuk praktikum
selanjutnya diharapkan semua praktikan harus bekerja dan jangan cuman satu atau
dua orang saja karena dapat memperlambat jalannya suatu praktikum dan supaya
semua praktikan juga biasa mengerti tentang pengamatan yang dilakukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. Fungi. http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Fungi&oldid=68267
86.
Diakses pada tanggal 08 Juni 2013
Anonim. Gram Positif (on-line). http://id.wikipedia.org/wiki/Gram_Positif Diakses pada tanggal
08 Juni 2013
Anonim. Pewarnaan Gram (on-line). http://id.wikipedia.org/wiki/Pewarnaan
Gram. Diakses pada tanggal 08 Juini 2013
Dwidjoseputro, D. Dasar-Dasar
Mikrobiologi. Malang; Djambatan. 1989
Hadiotomo,
Ratna Siri. Mikrobiologi Dasar Dalam
Praktek. Jakarta; Pt. Gramedia. 1990
Jawetz, E. Mikrobiologi, edisi 16, 367-372, EGC,
Jakarta. 1995
Jimmo. Pembuatan
Preparat dan Pengecatan. Jakarta; Erlangga. 2008
Sutedjo, M.M. Mikrobiologi
Tanah. Jakarta; Rineka Cipta. 1991
Syamsuri, Istamar. BIOLOGI untuk SMA kelas X. Jakarta; Erlangga. 2004
Volk, Wesley A
dan Margareth F. Wheeler. Mikrobiologi
Dasar Jilid I. Jakarta; Erlangga. 1998
Tidak ada komentar:
Posting Komentar